Inilah sebabnya fenomena job hugging sangat kentara terlihat, bukan hanya sekarang, tapi sejak dahulu, khususnya yang terjadi di instansi pemerintah dan juga perusahaan milik negara atau milik pemerintah daerah.Â
Job hugging sendiri sebetulnya baik-baik saja, bukan sesuatu yang perlu dihilangkan. Tapi, yang dibutuhkan adalah loyalitas produktif, bukan loyalitas sekadar bertahan atau bukan karena stagnasi.
Untuk itu, manajemen perusahaan harus menyiapkan jalur karier yang jelas bagi karyawan, reward yang berbasis kinerja, berbudaya kerja inovatif, dan secara periodik menerapkan program up-skilling bagi pekerja.Â
Jadi, manajemen perusahaan tidak perlu menghapus job hugging karena loyalitas tetap bernilai. Namun, fenomena ini perlu dikelola dengan baik.Â
Di sinilah peran strategis fungsi human capital, serta fungsi coaching dan mentoring di suatu perusahaan, yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi semua pekerjanya.Â
Adapun bagi anak muda yang baru memasuki dunia kerja, harus menyadari betapa pentingnya membangun kompetensi dan keberanian menghadapi perubahan.
Artinya, anak muda sebaiknya fokus pada pengembangan diri, berani keluar dari zona nyaman, dan membangun mindset karier jangka panjang. Â
Kondisi ideal adalah ketika perusahaan mampu memberikan rasa aman yang sehat sekaligus peluang pengembangan karir, sementara karyawan memanfaatkan stabilitas tersebut untuk tumbuh dan adaptif.
Prinsipnya adalah security as a foundation, growth as a direction. Dengan demikian, loyalitas berubah dari job hugging yang pasif menjadi loyalitas produktif.Â
Bagi pekerja, bila kondisi tersebut tidak tercipta dan karir dirasa mentok, padahal di tempat lain justru ada peluang untuk lebih berkembang, jangan takut untuk pindah karir, meskipun di usia yang sudah 30-an tahun.
Kuncinya adalah selalu mengasah kompetensi dan meng-up grade skills dan knowledge, sehingga begitu ada peluang yang menjanjikan di depan mata, jangan disia-siakan.