Abigail juga terkesan oleh kata-kata Ian. "Ian, setiap kali aku mendengar pesan darimu, hatiku berdebar kencang. Aku merasa kita punya ikatan yang istimewa," ucapnya dengan hangat.
Walaupun mereka belum pernah bertemu langsung, kedekatan mereka terasa kuat. Mereka membayangkan bagaimana rasanya berada dalam pelukan satu sama lain, berjalan-jalan bersama di pantai, atau sekadar duduk di bawah bintang-bintang. Pertanyaan di benak mereka terus muncul, "Akankah cinta ini berlanjut ke dunia nyata?"
Namun, ada masalah yang menjadi penghalang. Sumba dan Jawa adalah dua pulau yang terpisah oleh ratusan kilometer, dan perjalanan di antara keduanya adalah suatu tantangan. Ian hidup dalam keluarga petani yang sederhana, sedangkan Abigail adalah seorang mahasiswa yang sibuk.
Meskipun terpisah jarak dan keadaan, mereka berdua tetap bersama dalam dunia maya. Mereka mengobrol, berbagi foto, dan bahkan berbicara melalui video call untuk merasakan kehadiran satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dalam. Mereka saling mendukung dalam setiap langkah hidup masing-masing. Ian selalu ada untuk memberi semangat Abigail saat ia merasa tertekan oleh tugas kuliahnya, sementara Abigail selalu mendengarkan dengan penuh perhatian saat Ian menceritakan tentang kehidupan pedesaannya.
Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu, dan cinta mereka semakin kuat. Ian dan Abigail tahu bahwa mereka harus menghadapi pertanyaan tentang masa depan mereka. Apakah mereka hanya akan menjalani hubungan jarak jauh yang abstrak, atau akankah mereka mengejar cinta mereka dengan segala yang mereka miliki?
Kedua hati ini merindukan pertemuan yang sesungguhnya. Ian bermimpi untuk melihat Abigail berjalan di pantai pasir putih Sumba, sementara Abigail ingin mengunjungi rumah Ian dan merasakan kehangatan keluarganya. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung di udara: bagaimana mereka akan mengatasi jarak yang memisahkan mereka?
Suatu hari, saat Abigail sedang duduk di perpustakaan kampusnya, ia merenungkan tentang masa depan mereka. Dia memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang telah lama mengganggunya pada Ian. "Ian, apakah kita benar-benar akan bertemu di dunia nyata? Apakah kita akan mencoba mengatasi jarak ini?"
Ian merasa perlu untuk memberikan jawaban yang jujur. "Abigail, aku ingin sekali bertemu denganmu. Aku merasa kita memiliki hubungan yang istimewa, dan aku ingin memastikan bahwa ini adalah sesuatu yang nyata. Meskipun aku tinggal di Sumba dan kamu di Jawa, aku percaya kita bisa menemukan cara."
Abigail tersenyum, merasa lega mendengar jawaban itu. "Aku juga ingin bertemu denganmu, Ian. Aku akan mencari cara untuk membuat pertemuan itu terjadi."
Mereka mulai merencanakan pertemuan pertama mereka. Abigail merencanakan kunjungan ke Sumba selama liburan sekolahnya, sementara Ian merasa gembira dengan persiapan tamu khusus ini. Mereka berdua merasa bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanan cinta mereka.