Mohon tunggu...
Irvin Marcel
Irvin Marcel Mohon Tunggu... Dokter Umum

Saat ini bekerja di RS Murni Teguh Soedirman Jakarta dan memiliki minat pada ilmu kedokteran jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa

23 Desember 2021   15:46 Diperbarui: 23 Desember 2021   16:54 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia menjelaskan bahwa terdapat lebih dari 9 juta orang dengan gangguan jiwa di Indonesia, 400.000 diantaranya mengalami skizofrenia. Penelitian yang dilakukan oleh Human Rights Watch di tahun 2016 menjelaskan bahwa Indonesia darurat psikiater. 

Saat ini, perbandingan psikiater dengan masyarakat umum adalah 1 : 300.000 - 400.000. Pelayanan kesehatan jiwa juga masih belum merata di seluruh kota di Indonesia. Selain itu, stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap penyakit jiwa semakin memperumit masalah ini. 

Stigma adalah ketika seseorang melihat Anda secara negatif karena karakteristik atau atribut tertentu (Seperti warna kulit, latar belakang budaya, disabilitas, atau penyakit mental). Ketika seseorang memperlakukan Anda secara negatif karena penyakit mental Anda, ini disebut sebagai diskriminasi. Stigma dapat terjadi ketika seseorang mendefinisikan orang lain dengan penyakit mereka, bukan siapa mereka sebagai individu. Sebagai contoh, masih umum pemberian label "gila" dibandingkan "orang dengan gangguan jiwa".

Bagi orang dengan masalah kesehatan mental, stigma sosial dan diskriminasi yang mereka alami dapat memperburuk masalah mereka, sehingga lebih sulit untuk pulih. Hal ini dapat menyebabkan orang tersebut tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan karena takut distigmatisasi.

Stigma yang dialami individu berbeda tergantung penyakit jiwanya. Beberapa penyakit kejiwaan seperti gangguan kepribadian dan skizofrenia seringkali ditakuti oleh masyarakat sekitar. 

Pasien dengan penyakit bipolar cenderung dianggap masyarakat sebagai perilaku "egois" atau "liar". Stigma dari gangguan cemas terkadang datang dari pemikiran orang yang menganggap gangguan cemas hanya perlu "relax" atau "hadapi ketakutan". 

Nasehat yang seringkali diucapkan adalah "sudahlah, itu hanya pemikiranmu saja" cenderung diucapkan oleh masyarakat sekitar. 

Bahkan seringkali masyarakat sekitar menganggap pasien dengan gangguan cemas atau depresi merupakan orang yang lemah karena tidak dapat mengatasi gejalanya. Stigma juga dapat berasal dari diri sendiri. Sebagai contoh, orang dengan gangguan makan dan penyalahgunaan zat tidak mau mencari pengobatan karena takut dianggap "aneh".

Lalu bagaimana cara menghadapi stigma ?

Berikut terdapat beberapa cara dalam menghadapi stigma :

1. Dapatkan pengobatan segera. 

Mungkin saat ini anda menyangkal untuk memulai pengobatan. Jangan biarkan takut terhadap dilabeli penyakit jiwa menghalangi untuk mencari pengobatan. Mencari pengobatan yang tepat dapat mencari apa yang salah dan mengurangi gejala yang berhubungan dengan gangguan kualitas hidup.

2. Jangan biarkan stigma membuat ragu dan malu

Stigma tidak hanya datang dari orang lain. Anda mungkin akan menganggap bahwa kondisi ini sebagai suatu kelemahan atau anda beranggapan dapat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa tanpa bantuan profesional. Mencari konselor, edukasi terhadap kesehatan, dan berhubungan dengan mereka yang mempunyai penyakit kejiwaan dapat membantu dalam meningkatkan percaya diri.

3. Jangan isolasi diri sendiri

Ketika Anda mempunyai masalah kejiwaan, Anda mungkin enggan untuk memberitahu kondisi Anda terhadap orang lain. Keluarga atau teman dekat anda dapat memberikan dukungan apabila mereka mengetahui kalau anda mempunyai masalah kejiwaan. Ceritakan kepada orang yang Anda percaya untuk dukungan dan perhatian yang Anda butuhkan.

5. Ikut dalam support group

Beberapa kelompok lokal dan nasional dapat menjadi wadah Anda untuk meluapkan gejala yang Anda alami. Carilah support group yang berada di lingkungan Anda.

6. Berani berbicara tentang stigma

Cara untuk menghilangkan stigma terhadap penyakit jiwa adalah dimulai dengan diri sendiri. Jika Anda berani berbicara depan umum terkait stigma, bukan tidak mungkin Anda akan menjadi contoh orang lain yang juga sedang menghadapi masalah yang sama dengan Anda. Semua orang mempunyai peran dalam memerangi stigma yang beredar di masyarakat khususnya terkait penyakit jiwa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun