Penggunaan obat setelan tidak lepas dari upaya pengobatan mandiri yang juga dikenal dengan swamedikasi. Hal ini dilakukan untuk peningkatan kesehatan, mengobati penyakit-penyakit ringan tanpa harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Oleh sebab swamedikasi hanya boleh dilakukan dengan menggunakan obat-obat golongan obat bebas terbatas dan obat bebas, serta obat bahan alam, dan suplemen kesehatan.
Baca juga: Mengenal Penggolongan Obat Itu Penting Lho!
Masyarakat yang menggunakan obat setelan juga umumnya bertujuan untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan. Namun sebagian masyarakat membeli obat setelan karena mereka menganggap bahwa obat setelan relatif lebih murah, mudah didapatkan, dan lebih cepat menghilangkan penyakit. Selain itu informasi dari mulut ke mulut (rekomendasi dari orang terdekat) juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap efektivitas obat setelan. Hal ini jelas merupakan pemahaman yang salah kaprah di masyarakat.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa/mahasiswi dan akademisi Universitas Airlangga (Sitompul, P.B.E., et al) terhadap 100 orang responden di Surabaya dengan metode survey cross-sectional, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan obat setelan antara lain:
1. Usia
Mayoritas responden (44%) yang menggunakan obat setelan adalah lansia berusia 45--59 tahun. Pertambahan usia dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko salah penggunaan obat (drug misuse). Pasien lansia cenderung tidak aware dengan bahaya penggunaan obat setelan karena yang paling penting adalah menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan rendah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pasien dalam menggunakan obat setelan. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui dan memahami bahwa obat setelan berisiko terhadap kesehatan karena keamanan, mutu, dan khasiatnya tidak terjamin.
Selain itu mereka juga cenderung memiliki kesadaran yang rendah terkait aspek legal produk obat, seperti izin edar obat maupun sarana legal tempat memperoleh obat.
3. Pekerjaan
Selain pendidikan, lingkungan pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menggunakan obat setelan. Sebanyak 70% responden dalam penelitian, bekerja di sektor informal. Sektor pekerjaan informal cenderung memiliki keterbatasan akses terhadap validitas informasi terkait kesehatan sehingga meningkatkan penggunaan obat secara irasional, termasuk obat setelan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!