Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Polemik dan Mispersepsi Obat Setelan

23 Mei 2025   07:00 Diperbarui: 24 Mei 2025   06:31 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan obat setelan tidak lepas dari upaya pengobatan mandiri yang juga dikenal dengan swamedikasi. Hal ini dilakukan untuk peningkatan kesehatan, mengobati penyakit-penyakit ringan tanpa harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Oleh sebab swamedikasi hanya boleh dilakukan dengan menggunakan obat-obat golongan obat bebas terbatas dan obat bebas, serta obat bahan alam, dan suplemen kesehatan.

Baca juga: Mengenal Penggolongan Obat Itu Penting Lho!

Masyarakat yang menggunakan obat setelan juga umumnya bertujuan untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan. Namun sebagian masyarakat membeli obat setelan karena mereka menganggap bahwa obat setelan relatif lebih murah, mudah didapatkan, dan lebih cepat menghilangkan penyakit. Selain itu informasi dari mulut ke mulut (rekomendasi dari orang terdekat) juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap efektivitas obat setelan. Hal ini jelas merupakan pemahaman yang salah kaprah di masyarakat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa/mahasiswi dan akademisi Universitas Airlangga (Sitompul, P.B.E., et al) terhadap 100 orang responden di Surabaya dengan metode survey cross-sectional, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan obat setelan antara lain:

1. Usia

Mayoritas responden (44%) yang menggunakan obat setelan adalah lansia berusia 45--59 tahun. Pertambahan usia dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko salah penggunaan obat (drug misuse). Pasien lansia cenderung tidak aware dengan bahaya penggunaan obat setelan karena yang paling penting adalah menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pasien dalam menggunakan obat setelan. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui dan memahami bahwa obat setelan berisiko terhadap kesehatan karena keamanan, mutu, dan khasiatnya tidak terjamin.

Selain itu mereka juga cenderung memiliki kesadaran yang rendah terkait aspek legal produk obat, seperti izin edar obat maupun sarana legal tempat memperoleh obat.

3. Pekerjaan

Selain pendidikan, lingkungan pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk menggunakan obat setelan. Sebanyak 70% responden dalam penelitian, bekerja di sektor informal. Sektor pekerjaan informal cenderung memiliki keterbatasan akses terhadap validitas informasi terkait kesehatan sehingga meningkatkan penggunaan obat secara irasional, termasuk obat setelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun