Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Resensi] The Tattooist of Auschwitz

20 Maret 2021   11:51 Diperbarui: 20 Maret 2021   11:58 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk Kamp Auschwitz (Sumber: Alik Kęplicz/AP via theguardian.com)

Pintu masuk Kamp Auschwitz (Sumber: Alik Kęplicz/AP via theguardian.com)
Pintu masuk Kamp Auschwitz (Sumber: Alik Kęplicz/AP via theguardian.com)
Fakta atau Fiksi?

Kisah The Tattooist of Auschwitz pertama kali diterbitkan di Inggris tahun 2018 dan terjual hampir empat ratus ribu kopi, menunjukkan bahwa novel ini cukup menarik perhatian dan minat pembaca. Tentunya karena kisah ini terinspirasi dari kisah nyata dan merupakan penceritaan ulang yang dituturkan oleh Lale sendiri atas pengalamannya menjadi Tatowierer selama menjadi tawanan Nazi.

Menariknya begitu novel ini menjadi terkenal dan terjual laris, sejumlah berita (misalnya The Guardian) mengabarkan bahwa Majalah Auschwitz Memorial menemukan sejumlah detail sejarah tentang kamp konsentrasi tersebut keliru, meskipun Heather Morris sebagai penulis novel tersebut, telah mengungkapkan bahwa ia memiliki tim peneliti untuk memastikan kebenaran dari ingatan-ingatan Lale.

Beberapa informasi yang diberitakan keliru misalnya, nomor kamp Gita yang sebenarnya, rute koneksi kereta api, peristiwa ledakan krematorium kamp, fokus eksperimen dokter Josef Mengele, hubungan gelap pejabat SS dengan tawanan wanita Yahudi bernama Cilka, termasuk pembunuhan tawanan dalam bus yang digunakan sebagai kamar gas seperti yang dilihat Lale dalam petikan paragraf di atas.

Rekomendasi

Buku The Tattooist of Auschwitz memang bukan merupakan dokumen resmi sejarah Holocaust. Tapi terlepas dari detail-detail informasinya akurat atau tidak, menurut saya buku ini tetap menarik untuk dibaca. Kisah-kisah kekejaman Nazi pada masa Holocaust selalu menarik untuk disimak dan dikenang sebagai salah satu sejarah gelap genosida semasa Perang Dunia II.

Saya yakin menyusun novel berdasarkan ingatan seseorang tidak mudah. Apalagi jika peristiwa yang dialami si penutur sudah lama berlalu. Diperlukan penelitian lebih lanjut agar kisahnya dapat ditulis secara runut. Heather Morris berhasil membuat saya berimajinasi dengan jelas tentang lokasi, peristiwa, hingga deskripsi tokoh-tokoh di dalamnya.

Bagaimana ia menggambarkan karakter Lale yang cerdik dan diplomatis namun tetap berusaha low profile supaya tidak menarik perhatian perwira SS, Gita yang sering merasa pasrah dan putus asa namun semangat hidupnya selalu kembali setelah ia bertemu Lale, sikap suportif teman-teman Lale dan Gita di blok-blok tahanan meski selalu diliputi rasa takut terhadap tentara SS. Hingga karakter Baretski si pengawas Lale yang terkadang annoying, tapi sebenarnya berhati baik sehingga hubungan pertemanan tidak terasa terbangun di antara Lale dan Baretski.

Alur ceritanya juga cukup detail namun tidak bertele-tele. Meski ada beberapa bagian cerita dengan alur flashback, saya tidak harus berulang kali kembali ke halaman-halaman sebelumnya supaya lebih mengerti.

Selain itu pemilihan desain cover buku juga terlihat sangat menarik. Juluran lengan-lengan manusia bernuansa hitam-putih mengingatkan saya dengan seragam tawanan Nazi yang bermotif garis-garis seperti piyama. Lengkap dengan teks judul yang ditulis selang-seling seperti penggambaran tato pada lengan tahanan.

Oh ya, ada satu hal lagi yang menarik perhatian saya, yakni tokoh Herr Doktor Josef Mengele sebagai dokter yang ditugaskan di kamp konsentrasi Auschwitz. Dari kacamata Lale, Josef Mengele digambarkan sebagai dokter yang sangat menakutkan. Tidak ada seorang pun yang tahu jalan pikiran dokter tersebut dan sebisa mungkin menghindarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun