Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Buku: Pale Blue Dot, Carl Sagan

3 Juni 2021   10:28 Diperbarui: 3 Juni 2021   10:38 1982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Pale Blue Dot, Memandang Masa Depan Manusia di Antariksa

Penulis: Carl Sagan

Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun: 2021

Tebal: xvii+346 halaman

ISBN: 978-6602-48-537-0

"Dalam ketidakberartian kita, dalam kekuasaan alam semesta, tidak ada tanda-tanda bahwa dari tempat lain akan datang pertolongan yang akan menyelamatkan kita dari diri kita sendiri" Carl Sagan, Pale Blue Dot, Memandang Masa Depan Manusia di Antariksa (hal.6 )

Alam semesta merupakan ruang yang sangat luas yang dipenuhi bintang-bintang, planet, asteroid dan matahari serta beragam galaksi juga bulan dan masih banyak lainnya yang belum terjelajah oleh manusia. Seperti disematkan dicover buku ini, isi buku ini menjelaskan masa depan umat manusia dari sudut pandang antariksa. Carl Sagan melihat  bumi yang diisi manusia ini sangat kecil, seperti titik. Pada abad kegelapan, bumi pernah menjadi pusat semesta. Titik biru kecil ini yang isinya orang-orang serakah, munafik, perusak ini pernah jadi pusat semesta.

Berkat Kopernikus, kemudian dilegitimasi oleh Galileo, yang akhirnya mengajarkan bahwa bumi itu mengelilingi matahari.  Pada tahun 1633 Gereja Katolik menghukum Galileo. Galileo dipaksa untuk mengatakan :

"Dengan setulus hati dan keyakinan yang sungguh-sungguh, saya mengutuk dan membenci kesalahan-kesalahan dan bidah tersebut, dan pada dasarnya segala kekeliruan dan sekte yang bertentangan dengan gereja katolik" (hal. 39)

Pada masa itu memang doktrin gereja mendominasi hukum dan ilmu pengetahuan. Pernyataan Galileo dianggap bertentangan dengan ajaran agama, oleh karena itu Galileo mendapat hukuman dan bukunya dilarang untuk dibaca kalau tidak ingin rohnya yang kekal mendapatkan siksaan mengerikan. Namun, pada tahun 1832, Gereja Katolik mencabut status pelarangan itu. Setelah lebih dari 300 tahun tepatnya tahun 1992, Gereja Katolik mencabut dakwaannya terhadap Galileo. Paus Yohanes Paulus II mengemukakan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun