Mohon tunggu...
Ira Uly Wijaya
Ira Uly Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Penulis

You not alone, Allah be with you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Tainan"

3 September 2022   15:26 Diperbarui: 3 September 2022   15:37 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

(Suara ketukan pintu, angin kencang mengacaukan sekeliling kamar, jendela terbuka, tertutup dengan sangat kuat.)

"Kak itu pasti Abang Tainan," ucap Garin merangkulku dari belakang.

Kita harus pergi dari sini Garin," pintaku menenangkan Garin.

"Tapi kak, dia benci samaku kak. Orang yang menindas keluarganya adalah orang tuaku kak. Makanya Kak Gena melarangku tidur di atas jam 12 malam dan tidak membiarkanku keluar kamar. Terus Kak Gena juga selalu menutupi wajahku pakai topeng kak."

Aku semakin sedih mendengar Garin berbicara seperti itu. Beberapa saat kemudian, kami melihat ada seorang pemuda muncul setelah pintu terbuka dengan sangat keras. Dia adalah Tainan dengan wujud sangat mengerikan. 

Aku dan Garin saling merangkul, tiba-tiba saja Gena muncul sambil berkata, " Tainan mereka tidak salah. Aku telah menebus semuanya. Meskipun semua tidak akan kembali seperti semula. Aku juga telah membersihkan nama Green House jadi baik. Makanya semakin banyak orang yang tinggal di sini. Tapi tetap saja itu sia-sia jika kamu Tainan terus dendam pada kami. Maafkanlah kami Tainan! Orang tuamu juga pasti bahagia jika kamu bersikap seperti Tainan mereka yang dulu."

Perlahan wujud Tainan berubah menjadi normal. Ia terlihat begitu tampan. Wajahnya basah akibat tangisannya yang tiada henti. Ruhnya memudar. Lama semakin lama hilang. Sementara Gena tersenyum menatap kami dan berkata, "Garin kamu bisa hidup jadi lebih baik lagi dan kamu sahabatku jagalah Garin! Topeng itu juga dapat kamu buka Garin ketika motel Green House ini sudah kembali seperti biasa lagi. Tolong buat wangi lagi Green House ini Garin! Maafkanlah keluarga kita! Kakak menyayangimu."

Garin berlari mengejar kakaknya yang menghilang bak bidadari. Ia menangis sambil menggenggam erat tanganku. Suasana malam itu kembali normal seperti biasa. Meskipun Garin terlihat gundah atas kehilangan kakaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun