Mohon tunggu...
Ira Uly Wijaya
Ira Uly Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Penulis

You not alone, Allah be with you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Tainan"

3 September 2022   15:26 Diperbarui: 3 September 2022   15:37 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gena membawa barang belanjaan begitu banyak. Kedua tangannya penuh dengan belanjaan dan di mulutnya ada pelastik hitam berisi tas kecil. Pintu kamar tak mampu ia buka. Sehingga semua barang belanjaannya berjatuhan.

(Gena memungut barang belanjaannya.)

"Boleh saya bantu kak?" Ujarku memungut barang-barang Gena.

Aku dan Gena mulai kenalan. Kamar kami bersebelahan. Kamarku nomor 32. Jadi tiap harinya Gena sering mampir ke kamarku. Tetapi Dia tidak mengizinkanku untuk masuk ke kamarnya. Ia beralasan kamarnya berantakan. Meskipun aku berpikir bahwa itu bukan alasan. Setelah dua bulan masa pertemanan kami, aku pun dikenalkan dengan adiknya yang bernama Garin. Aku sangat senang bisa kenal dengan mereka karena mereka adalah orang yang baik. Selain itu mereka juga adalah pemilik motel ini.

Pada malam hari hujan sangat lebat. Aku tidak bisa tidur. Aku pun memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar motel. Entah kenapa aku tak bisa tertidur. Padahal ini sudah larut malam. Selama berjalan, aku tidak melihat seorang pun yang berkeliaran seperti aku. Dari jendela yang berada dekat dengan pintu ke luar aku tiba-tiba saja melihat seorang wanita. Wanita itu sendirian. Tetapi terlihat seperti bicara pada seseorang. Aku heran. Udah selarut ini dan hujan lebat masih ada orang di luar sana. Aku tersenyum kecil menatap wanita itu. Lalu aku berjalan menuju kamarku. Dari belakangku terdengar suara hentakan kaki. Semakin lama semakin mendekat kearahku. Aku terhenti menyimak langkah kaki itu. Kali ini hentakan kakinya tak terdengar lagi olehku. Aku menoleh ke belakang. Aku melihat Gena sedang duduk dengan pakaiannya yang basah kuyup dan wajahnya pucat. Aku memanggilnya. Tetapi tatapannya tetap mengarah ke lorong menuju ruang kamarnya. Aku menghampirinya. Tiba-tiba dia langsung menangis dan tertunduk. 

"Gena! Gena kamu kenapa?" Ujarku gemetar.

"Kamu kedinginan ya?" Ujar Gena memiringkan kepalanya menatapku.

Aku terdiam dan Gena pun berjalan menuju kamarnya. Aku hanya memperhatikan dia dari kejauhan karena sikap Gena begitu aneh. Ia tampak seperti mayat, jalannya begitu cepat hingga membuatku semakin merinding. Setelah ia masuk ke kamarnya, aku pun masuk ke kamarku.

(Teriakan histeris)

Aku langsung ke luar dari kamarku dan mengetuk pintu kamar Gena. Aku memperhatikan di sekitarku. Tak ada seorang pun yang keluar kamar. Hanya aku sendirian. Aku makin heran. Selama setengah jam aku menunggu di depan pintu Gena. Tetapi mereka tidak juga membuka pintu. Pikiranku pun mulai melayang menafsir seseorang yang berdiri di luar motel tadi aku semakin gelisah dan akhirnya aku memutuskan untuk keluar di larut malam begini untuk menghilangkan keresahanku.

Sesampai di sana aku tak melihat apapun. Aku perhatikan jendela tempatku menatap dari dalam motel. Aku fokuskan posisi dimana perempuan itu berdiri. Aku menarik napas dalam-dalam. Aku melirik ke sekitar tempatku berdiri. Tidak ada siapapun di sana. Aku kecewa karena itu hanya ilusiku saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun