Mohon tunggu...
iraulywijaya
iraulywijaya Mohon Tunggu... Penulis

Akun Baru Nama pena saya adalah Thara Seoyun. Saya hobi menulis fiksi, nonton film thriller dan horor, hobi editing video, dan suka juga memasak mi atau cemilan. Saya tidak suka yang kotor karena saya sangat alergi itu. Saya orangnya rapi, sederhana, pendiam dan disiplin. Saya termasuk kategori introvert. Kalau mengenai karya saya dalam menulis sudah ada diterbitkan baik bentuk buku maupun ditampilkan dalam website. Tapi kalau website sih saya yang mempublikasikannya di blog, Kompasiana. Agar saya makin termotivasi dan semangat lagi menulisnya. Novel pertama saya yang terbit adalah mirror ghost. Terus kalau kumpulan puisi adalah cermin diri. Saya menulis sejak 2018 lalu. Oh ya, saya juga aktif menulis di media platform lain seperti Noveltoon dan Fizzo Novel. Motto hidup saya adalah you not alone, Allah be with you ☺️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar yang Membeku

24 September 2025   06:05 Diperbarui: 24 September 2025   06:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ryu menimpali, "Yumi untukku. Mika untukmu, Hiroshi."

Aku ingin tertawa. Jadi semua ini bukan tentangku, melainkan tentang mereka, tentang perebutan kekuasaan dan perempuan.

Yumi berlari masuk ke dalam kelas, wajahnya pucat. "Hiroshi!" jeritnya menatap Minato yang sudah terluka parah. Tapi Hiroshi segera menutup mulutnya, menenangkan dengan kata-kata manis yang palsu.

"Tenanglah Yumi. Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Ayo kita keluar sekarang!" Bujuknya membawa Yumi yang masih panik.

Saat semua orang keluar, tiga orang tersisa bersama Minato. Mereka merapikan pakaian, menyingkirkan bukti, membuat Minato seolah-olah seperti bunuh diri, lalu saling berpandangan tegang.

"Bagaimana kalau ketahuan?" bisik Sota dengan wajah pucat.

"Takkan ada yang tahu. CCTV juga tidak ada. Kejadian hari ini hanya kita yang tahu," jawab Ryu dingin.

Lalu mereka pergi. Meninggalkan Minato tergeletak, antara sadar dan tidak, di ruang kelas yang kini terasa seperti ruang eksekusi. Selebihnya hanya gelap. Minato tak tahu apakah masih hidup saat itu, atau sudah tiada. Lebih jelasnya ia merasakan seperti terawang-awang di udara dingin. Kini, semua kenangan itu menghantam Yumi kembali. Membuatnya tak mampu berdiri dari kursi kosong tempat ia meratapi kepergian Minato.

Written by Ira Uly Wijaya 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun