Mohon tunggu...
iraulywijaya
iraulywijaya Mohon Tunggu... Penulis

Akun Baru Nama pena saya adalah Thara Seoyun. Saya hobi menulis fiksi, nonton film thriller dan horor, hobi editing video, dan suka juga memasak mi atau cemilan. Saya tidak suka yang kotor karena saya sangat alergi itu. Saya orangnya rapi, sederhana, pendiam dan disiplin. Saya termasuk kategori introvert. Kalau mengenai karya saya dalam menulis sudah ada diterbitkan baik bentuk buku maupun ditampilkan dalam website. Tapi kalau website sih saya yang mempublikasikannya di blog, Kompasiana. Agar saya makin termotivasi dan semangat lagi menulisnya. Novel pertama saya yang terbit adalah mirror ghost. Terus kalau kumpulan puisi adalah cermin diri. Saya menulis sejak 2018 lalu. Oh ya, saya juga aktif menulis di media platform lain seperti Noveltoon dan Fizzo Novel. Motto hidup saya adalah you not alone, Allah be with you ☺️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mawar yang Membeku

24 September 2025   06:05 Diperbarui: 24 September 2025   06:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Mika hanya tersenyum sambil menanti Minato jalan bareng. Minato yang tak bisa berpura-pura ramah hanya menatapnya saja. Langkah Minato terhenti ketika Chisen menepuk siku kirinya. Ia meminta Minato untuk menjaga Mika karena ia tahu Mika sangat suka dengan Minato. Minato diam saja. Mereka makin bingung untuk membuat Minato setuju. Hingga pada akhirnya bel berbunyi. Tiada alasan lagi untuk menjawab permintaan Chisen. Meskipun dia pelatih Minato, tapi ia tak bisa membuat Minato tunduk pada Mika.

Minato hendak masuk kelasnya
Minato hendak masuk kelasnya

 Di lorong menuju kelas Dua Belas Akuntansi, perempuan telah berbaris-baris hingga ke kursi Minato biasa duduk. Mereka menyodorkan bekal sarapan, bunga, bahkan secarik surat, sambil tersenyum kikuk. Minato hanya melewati mereka tanpa menoleh. Ia berusaha tak terganggu oleh hiruk-pikuk itu.

Tiba-tiba, sebuah benda keras menghantam pundak Minato. Minato menoleh. Kelas mendadak hening. Semua orang mundur beberapa langkah, seolah tahu apa yang akan terjadi. Di sana, berdiri seorang laki-laki yang pernah Minato lihat di Halte Akayashi. Dia adalah Hiroshi. Tatapannya miring, senyumannya tipis.

"Minato! Ambilkan penghapus papan tulis itu," katanya enteng, seakan Minato hanyalah pesuruhnya.

Saat pintu kelas ditutup keras dari luar, Minato sadar sedang terkunci bersama lima belas orang. Tatapan mereka bukan tatapan sebagai teman, melainkan kawanan pemangsa yang baru saja menemukan buruannya. Hiroshi melangkah mendekat. Bisiknya mengiris telinga, "Kalau kau patuh padaku, wajah polosmu itu tidak akan rusak."

Tawa kawanannya pecah. Riku tiba-tiba melempar kursi, dentumannya memantul di dinding kelas. Tubuh Minato tersentak, tapi Minato berusaha tegak. Sota meraih ikat pinggang, mengayunkannya ke udara hingga berbunyi "Plak!" dan membuat Minato merinding. Minato mencoba melawan, tetapi Riku dan Junichi mencekal kedua tangannya.

Hiroshi mendekat dengan pisau kecil di tangannya. Cahaya mentari membuat bilahnya berkilat. Nafas Minato tercekat. "Tutup mulutnya!" Suara Ryu terdengar dingin, tak kenal ampun.

Minato meronta, lututnya gemetar, dan kepalanya pusing. Ketika Minato hampir mencapai pintu, sesuatu menghantam pundaknya. Dunia langsung berputar. Samar-samar, Minato mendengar suara Hiroshi mengatakan, "Kan sudah ku bilang jangan pakai itu." Suaranya bergetar. Lalu berubah jadi tawa yang mengerikan.

Tubuh Minato terjatuh. Pandangannya makin kabur. Lalu ia melihat seutas tali melingkar di lehernya. Kemudian terdengar suara tawa bercampur bisik-bisik penuh rahasia. Di tengah kesadaran Minato yang meredup, ia dengar juga suara seorang gadis dari luar. Suara yang Minato rindukan, Yumi. Suaranya panik, memanggil nama Hiroshi. 

Hiroshi menoleh pada Minato, mata melotot penuh amarah. "Makanya jangan jadi orang populer, Minato. Semua cewek memujamu, semua guru membanggakanmu, kau pikir aku takut padamu karena kau anak orang kaya hah? Kau kira itu tidak membuatku muak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun