Tangisnya pecah.
Ternyata Minato bukan hanya laki-laki yang tak beruntung bisa bersamanya sepanjang usianya. Tetapi Minato juga tak beruntung karena salah mengartikan hubungan Yumi selama ini dengan Hiroshi. Lebih tidak beruntungnya lagi adalah saat peristiwa yang menimpanya memenjarakan mental gadis yang ia puja.
Di kursi sebelah kiri, baris ke dua sejajar dengan meja guru. Tempat Minato biasa duduk untuk belajar hanya menjadi saksi untuk Yumi yang hampir menyerah dengan hidup. Walaupun dia bukan pelaku atas kepergian Minato, tetap saja dia merasa semua atas kesalahannya.
Sebelum semua itu terjadi. Di Halte Akayashi Yumi seperti biasa menanti jemputan Hiroshi. Di tangan kanannya ia memegang sekeranjang mawar putih. Kulitnya yang putih sejernih awan di pagi hari terkena pantulan matahari yang hangat.
Selama sepuluh menit Minato menatapnya dari sisi kanan, ia tak menoleh sekedip mata pun padanya. Minato hendak menyapa. Memulai obrolan lucu, barangkali dengan lelucon yang bisa makin membuat lesung pipinya menggelitik sukma Minato.
"Alangkah indah kedua bola mata itu menyaksikan gerak-gerik ku yang menuai aksi konyol. Bahkan membawa mentari untuk ku selipkan di rambut hitam yang terurai manja. Aku menundukkan wajahku ketika ku sadari bahwa gadis itu sudah naik ke sepeda milik Hiroshi," pikir Minato buyar menatap punggung Yumi dari kejauhan.
Minato menatapnya bagaikan sebuah fajar yang kehilangan sinarnya. Ia tersenyum getir dan segera naik ke bus yang telah berhenti di depannya. Saat hendak naik bus, ia mengambil mawar putih yang terjatuh di tempat Yumi berdiri tadi. "Bunga mawar putih ini terjatuh seperti aku yang selalu ingin bersamanya," lirihnya menghirup aromanya sambil melangkah menaiki bus.
"Tak ada yang lebih cantik darimu karena ku tahu hati mu putih. Barangkali kita adalah asing di sudut kota kecil Tsubaki. Tak bisa menyentuh kelembutan jiwa mu dan tak juga bisa menyeka air mata mu di kala malam menjelma. Nama ku adalah Minato Machiu-keru. Aku tergila-gila dengan sketsa yang tiap hari ku temui di Halte Akayashi. Sebut saja Yumi si gadis Jelita yang terkenal pintar dan pendiam," gumamnya.
"Ssttt kamu mau duduk terus di bus Minato?"
Dia adalah Mika. Gadis yang juga populer di sekolah Minato. Tingginya setara dengan Yumi 160 cm dan kulitnya juga sama-sama putih. Keduanya terlihat punya keunggulan masing-masing. Paling menonjol dari Mika adalah dia adalah putri dari pelatih Minato. Kemudian cara berpenampilannya juga elegan terus kelihatan seperti putri mahkota dari Kota Kirei.
"Mika! Berapa kali papa bilang jangan naik bus terus!" Pinta Chisen yang menanti di depan gerbang.