Antara bahagia mendera atau haru membiru
Kamu masih saja menunggu bahagia dengan cara menderita
Kau mengaum kesakitan saat anak panah itu membidik dadamu
Lalu kamu mengira si pemain itu akan kembali melepaskan panahnya darimu?
Tak kau biarkan ia lepas sebelum yang kau tunggu memangku tubuhmu
Kau relakan luka itu sambil menikmatinya
Nikmat seperti apa yang kau rasakan higga tanganmu sendiri tidak rela mencabutnya?
Kamu hanya menikmati fatamorgana bahagia
Dalam luka, yang lari hanya anganmu
Sedang kaki dan tanganmu terdiam
Mulutmu memanggil bahagia
Padahal bahagiamu ada di depan mata
Kamu rela memejamkan mata
Kamu rela tidak melihat bahagia
Karena yang kamu tunggu hanya dia
Yang kau kira pembawa bahagia
Kamu hanya sedang berangan-angan
Matamu yang terpejam kesakitan itu melihat fatamorgana bahagia jadi lebih dekat
Padahal ia menjauh bersama aliran darah yang kau biarkan
Mengkhianati tanah yang kau janjikan kesuburan
Hanya tanganmu yang harus lebih keras bertindak
Kakimu yang harus berjalan lebih jauh
Matamu yang harus menatap lebih luas
Jangan hidup pada dunia yang luka ciptakan
Tapi hiduplah pada ruang bahagia yang kau ciptakan sendiri