Tapi, ketika kau kembali menatap layar ponsel, foto baru muncul lagi.Â
Foto kau dari belakang. Membelakangi kamera.
Di foto itu, tampak dari pantulan cermin, bayangan yang tinggi sedang memeluk kau dari belakang. Tangannya yang panjang, putih melingkar di leher kau.
Langsung kau lempar ponsel itu ke tempat sampah, dengan wajah ketakutan kau segera berlari keluar toilet.Â
Kau panik, kau ketakutan.
***
TIGA hari kemudian.
Aku tidak bisa tidur. Setiap kali memejamkan mata, aku selalu melihat wajah itu. Wajah pucat dengan mata hitam legam yang menatapku persis seperti foto kelima di galeri ponsel Arin.
Aku tidak bisa menyimpan pengalaman menyeramkan ini sendirian, bisa gila aku dibuatnya. Aku ceritakan kejadian beberapa hari yang lalu itu pada temanku. Dimas. Hasilnya, dia malah tertawa terbahak-bahak, bahkan meremehkanku.
"Lu kebanyakan nonton film horor. Buang aja tuh HP sialan, urusan selesai."Â
Tidak semudah itu, aku tidak bisa melupakannya. Ada sesuatu yang mengganjal. Kenapa ponsel Arin ada di kampus ini? Dia kan mahasiswi kampus lain, kampusnya ada di Bandung. Aku sudah cari tahu dan cek beritanya. Tapi, kenapa ponselnya ada di Jakarta?