Bahri menganggap Mak Itam sosok yang angkuh karena ia sering mematikan imajinasi Bahri dan juga teman-temanya di desa itu dulu.
"Tentu saja pengikutku tidak akan mengatakan aku angkuh, Mak Itam!"
"Hahaha..." Tawanya seperti deru ombak yang memecah di tepi pantai, "pengikut kau itu memanggil kau dengan sebutan apa, Bahri?"
Bahri tersinggung, Mak Itam benar-benar telah menghinanya, mungkin dia lupa, Bahri kali ini bergelar Datuk.
"Bahri, tidak mungkin kau tidak dikangkangi oleh keangkuhan!" teriak Mak Itam, ia lantas pergi meninggalkan Bahri yang sedang bersungut-sungut.
Dari kejauhan, Johan, pengikut Bahri di desa itu sedang membicarakan Bahri yang sama angkuhnya dengan Mak Itam. "Betapa bahayanya kata-kata dalam kalam, kalian akan di kangkangi oleh keangkuhan, berhenti saja menulis kata-kata itu," gumam Johan pada kawan-kawannya yang baru saja mengenal kata.
 -Tamat-