Kandidat vaksin yang kedua dengan tingkat efektivitas di atas 90 % sedang dikembangkan oleh Moderna Inc., dan kini sedang diuji klinis tahap akhir. Kandidat vaksin Covid-19 Moderna ini juga dikembangkan dengan memakai teknologi mRNA yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Dalam analisis pendahuluan atas uji klinis besar tahap akhir yang melibatkan 30.000 relawan, kandidat vaksin Moderna ditemukan efektif 94,5 %. Angka persentase yang tinggi ini, patut dicatat, bukan serokonversi, tapi persentase relawan yang berhasil diproteksi oleh vaksin Moderna, yang didapat dari uji klinis vaksin yang telah disuntikkan ke salah satu grup relawan, sementara grup yang lainnya menerima suntikan placebo (berisi hanya cairan saline atau NaCl). Uji klinis dapat dijalankan dengan metode "double blind, placebo, controlled trial" (DBPCT), atau metode "single blind, placebo, controlled trial" (SBPCT).
Baiklah, sebagai pelengkap, mau saya gambarkan dulu dengan singkat apa itu DBPCT atau SBPCT.
DBPCT atau SBPCT adalah suatu metode ilmiah yang diakui, yang dijalankan dalam riset uji klinis vaksin-vaksin (atau obat-obatan, atau berbagai penanganan suatu penyakit).
Dalam DBPCT, baik para relawan maupun para peneliti (dokter atau ilmuwan) tidak tahu siapa saja yang diberi suntikan vaksin (yang sedang diteliti) dan siapa saja yang mendapat suntikan placebo (berupa cairan NaCl, yang tidak memberi efek apapun) sebagai kelompok kontrol.
Karena para relawan tidak tahu ("blind"), dan para peneliti juga tidak tahu ("blind") dan karenanya tidak bisa memberi isyarat atau tanda kecil kepada para relawan, maka apapun kepercayaan para relawan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya tidak akan merusak atau mengkontaminasi hasil-hasil selanjutnya. Begitu juga, para peneliti tidak akan mengkontaminasi atau menodai hasil-hasil riset dengan ekspektasi mereka sendiri yang berbias tentang apa yang akan menjadi hasil riset.
Oh ya, jika hanya para relawan yang tidak tahu apa yang telah disuntikkan ke tubuh mereka, sedangkan para peneliti tahu, maka riset yang sedang dijalankan dinamakan SBPCT.
Kembali ke kandidat vaksin Moderna. Hasil-hasil interim menyatakan bahwa vaksin Moderna ini dapat memblokir kasus-kasus Covid-19 yang tergolong parah. Bahkan kasus yang paling serius dapat efektif dicegah dan dihambat oleh kandidat vaksin ini sehingga tidak memburuk. Data dari 30.000 relawan menunjukkan vaksin ini mencegah perkembangan semua kasus simtomatik. Ini diumumkan oleh perusahaan Moderna, Senin, 16 Nov 2020.
Dalam uji klinis besar tahap akhir itu, 30.000 relawan dibagi dalam 2 kelompok. Sejumlah 15.000 orang diberi suntikan placebo yang tentu saja tidak memberi efek apa-apa. Setelah beberapa bulan, 90 orang dari mereka terkena Covid-19, dengan 11 orang di antara mereka menjadi sakit parah.
Kelompok 15.000 relawan lainnya disuntik vaksin, dan hanya 5 orang dari antara mereka yang belakangan terinfeksi virus corona baru, dan tak ada seorang pun dari antara mereka tergolong sakit parah.
Selain hasil-hasil itu, ditemukan juga kandidat vaksin Moderna tidak menimbulkan efek-efek samping apapun yang signifikan. Hanya sedikit yang mengalami simtom seperti pusing dan sakit tubuh setelah menerima suntikan vaksin.