Kini, ketika aku pulang ke desa, aku bertanya masihkah sekolah itu ada wong samarnya?
Adikku tertawa lebar. "Wah, aku pikir kakak lupa tentang mahluk begituan. Sebab kakak sudah lebih bergelut dengan dunia realita, bukan dunianya paranormal," tukasnya.
Yah.... Aku tanya tentang sesuatu yang ada kaitannya puluhan tahun silam, adakah masih tersisa jejaknya.
Oh.... adikku dengan tangkas menjawab banyak kejadian aneh di sini. Dia menuturkan, kejadian aneh di sekolah itu.
"Aku bisa melihatnya, tapi aku tak mau lanjutkan kemampuan tersebut. Takut diajak masuk ke dunianya. Kalau pas ketemu, hanya sepintas bertegur sapa," jawabnya singkat.
Sesungguhnya, kata adik berusaha memberikan gambaran padaku, wong samar yang pernah ditemuinya, dan juga dengar dari masyarakat di daerah tersebut ada pula yang baik.
Wong samar yang baik adalah yang hidup layaknya seperti kita, sering berinteraksi dan ikut kegiatan masyarakat. Seperti belanja di pasar, jalan-jalan di mall, ikut sembahyang di pura, dan malah sering menolong manusia yang tersesat.
Adikku mengatakan bahwa sekolah tempatnya kerja demikianlah adanya. Kejadian-kejadian aneh selalu ada saja. Pernah adikku di ruang komputer sering diganggu, listrik mati dan selalu membuat penampakan. Ada anak-anak di sana.
Banyak orangtua mengadu, anaknya kehilangan uang SPP yang harus dibayarkan. Atau bawa HP, hilang... Tak keruan. Ada juga siswa yang kecelakaan dan meninggal sering berada di kelas. Temannya pulang dia sendiri di kelas itu, aku lihat sepintas.
Adikku yang bisa melihatnya, biasanya dibisiki agar memberikan sesuatu. Di sekolah adikku itu, dia cukup senang diberi makanan "laklak tape", (mirip surabi manis dan tape ketan).
Lalu dia menceritakan lagi, ketika ada lomba, siswa dan guru bekerja siang malam di sekolah. Maka agar aman, dia memberikan tips sederhana, kasih permen dan banten pejati di pojok itu, sudah dapat menetramkannya.