Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Adikku, Bersahabat dengan Wong Samar dan Hantu

5 Oktober 2020   12:29 Diperbarui: 23 Oktober 2020   03:33 2300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pexels/Gabby K)

Apabila kita mengajak bayi ke lokasi hunian wong samar, maka sang bayi pasti menangis ketakutan. Aku kaget... wah menarik.

Ayah juga menambahkan bahwa anjing akan menggonggong seperti melihat orang asing. Berarti tandanya lokasi itu adalah perkampungan wong samar.

Pesannya, hindarilah hari seperti pada malam Kajeng-Kliwon, tilem, purnama, dan hari khusus lainnya. Kamu akan melihat kadang-kadang nampak ada banyak lampu yang kelap-kelip, bau makanan, suara anak-anak bermain, percakapan orang dewasa, atau suara kidung dan gamelan yang membuat bulu kuduk merinding.

"roh-roh demikian kalau sering mendapatkan doa atau prasadam akan cepat diangkat dari sifat kegelapan dan mencapai bentuk kehidupan yang lebih baik," ujar ayah.

Ayahku percaya reinkarnasi. Dijelaskan bahwa para makhluk halus dapat langsung menjadi manusia jika mereka masuk ke dalam rahim seorang wanita yang melakukan hubungan suami-istri tidak sah dan pada waktu dan tempat yang tidak tepat.

Misalnya, (saat senja hari) ketika terjadi pembuahan, anak-anak yang dilahirkannya berwatak raksasa dan kejam. Itu sebabnya, jangan berzina. Jikapun bersama pasangan sah, lakukanlah pada hari-hari yang baik. Jangan lupa berdoa sebelum melakukan kewajiban suami-istri.

Aku mengerti, kadang rasa isengku ingin membuktikan kata-kata ayah. Suatu ketika aku membawa anjingku, ras kintamani. Sempol namanya.

Ketika diajak menyambit rumput, ekornya selalu bergerak. Sampai di tempat untuk menyabit rumput itu, benar saja, dia menggonggong dan melolong karena pasti melihat aktivitas itu. Mendengar suaranya memang membuat bulu kuduk berdiri. Aku segera menyudahi mencari rumput di situ dan segera pergi ke lokasi lain.

"Si Sempol menggogong terus, apakah itu ada kerumunan wong samar?" tanyaku pada ayah.

Ayahku menyahut, "Wong samar hidup berkelompok sekitar 100 Kepala Keluarga (sekampung), dan membentengi lingkungan banjar mereka dengan tembok maya-maya (gaib) yang membuatnya tidak nampak oleh mata manusia umumnya."

Ayah berpesan agar selalu hormat dan berkata sopan. Mohon izin terlebih dahulu, bilang "nyelang margi", maka mereka tidak akan menganggu kita. Itulah yang aku pegang, dan sampai kini nasihat ayahku selalu mengiang dalam benak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun