Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mimpi di Lorong Malam

28 April 2019   22:25 Diperbarui: 28 April 2019   22:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dawai sunyi tengah malam ini, beriak bagaikan sebuah fakta morgana, antara ada dan tiada  dengan bayangan, yang tak pernah ada, semuanya mampir sementara, seberkas sinar bulan dilangit terlihat demikian tipis merona di balut awan kelam di ufuk barat, bersama kerlip bintang gemintang diangkasa raya. Wajahmu tak nampak jelas dalam buramnya malam, sepi tiada yang bisa menanti, perjalanan panjang tak bisa usai , berhenti di tempat yang tak bercahaya.

 Oh.... takdir, tak ramah dan memang  membuat sebuah teka-teki yang dalam, diufuk sebuah kebebasan dalam sangkar emas, yang memenjara, dalam kehidupan yang tak pernah usai. Terlihat dirimu hendak keluar sangkar namun tak bisa, menunggu hari kebebasan tiba, kasihan jiwamu yang tertindih, oleh nafsu alam mayapada, yang  tak pernah ramah, jiwa yang sakit mengeliat dalam malam, dalam bayangan badan yang semu, kehidupan yang tak berarti banyak, sebuah kekecewaan tampak dalam vibrasi jiwa. Lalu aku menatap dalam pekatnya malam, apakah gerangan yang akan terjadi lagi ........

Lalu helaan nafas tak terdengar, riuhnya hujan  gerimis dan angin malam sontak membuat lolongan anjing sayup-sayup di telan bumi, seakan tak ada yang mampu berdiri, semuanya menyepi dalam selimut kabut  menambah dinginnya malam. Engkau berdiri di persimpangan jalan, jalan yang tak bertuan, dan jauh dari  riuhnya perdebatan nalar, sebab hanya satu yang terdengar, yakni kemampuan untuk berdiri, dan ingin  ada dalam dimensi kehidupan yang nyaris tak berdenyut, larut dalam emosi jiwa yang membisingkan aroma sang khalik, yang tak menentu dalam lorong  malam yang sepi. 

Yang ditemani burung malam dan lolongan anjing di kejauhan malam, yang memberikan tanda bahwa sang jiwa sedang sakit.... dan hendak lari dalam formalitas kehidupan penuh rasa frustasi .... namun tak bisa sebab pikiran kalut telah menjadi iblis liar yang membuat tubuh terperosok dalam nista, dalam panggung kehidupan bergelimang  keraguan, penuh dengan tak percaya diri, dan ingin lari dalam sudut berdebu yang penuh imitasi sang jiwa dalam raga.

Di terminal itu, alam menyapa sang maha diri yang ingin  menggapai suatu yang sunyi seperti dalam nyanyian burung hantu malam hari, lalu sang malam menyapa sang maha diri,kehidupan dunia selalu diberikan dimensi suka duka, sebab, cinta memang tak bisa mencegah kematian datang. Tapi tak peduli seberapa kuat kematian mencoba memisahkan orang-orang dari cinta, ia tak akan bisa melakukannya. Kematian juga tak bisa mencuri kenangan akan orang-orang yang dicintai. Pada akhirnya, cinta lebih kuat dari kematian,  digambarkan dalam ritme semesta.

Di ruang tak bertepi itu, seakan kabut menutupi jiwa semesta. Engkau kutatap berdiri  dalam jarak yang tak terlihat, kabur diantara awan-awan gelap yang menutupi, bak hadir dengan tatapan kosong, yang tak bernada dalam curamnya tebing membisu dalam pekatnya malam. 

Disana sang  jiwa yang kehilangan vibras alami , seakan bersua  bagaikan simponi badai salju dipegunungan dingin, seakan sang jiwa masuk dalam cengkeraman simulasi jeda waktu yang bersiklus bagaikan kincir angin, merenda dengan nada-nada  lagu, yang lama dan usang dan tak pernah bisa di nikmati bagai suara alam, yang tak bertuan. 

Kebenaran itu,  hilang silih berganti, dengan pelaku-pelaku baru dengan suasana yang tak jauh berbeda , malam, sunyi dan kosong pun menjadi sahabat, yang tak bisa diukir dalam benak, karena semuanya tak ada yang tak lekang oleh waktu. Itulah  sebuah kondisi mimpi yang  berlalu di tengah malam. *****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun