Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Angka Perokok Anak Makin Melenggang, Haruskah Revisi PP (Kembali) Diperdebatkan?

10 Agustus 2022   20:03 Diperbarui: 11 Agustus 2022   10:15 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan mengumpulkan puntung rokok yang diinisiasi Lentera Anak. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

M, pelajar SMP kelas IX berbeda lagi. Ia mengaku mulai merokok karena pengaruh teman sepermainannya. Ditambah kemudahan mendapatkan produk rokok, membuat M sulit untuk berhenti merokok. "Sempat berhenti, tetapi begitu kumpul teman, akhirnya merokok lagi karena faktor pakewuh (red: tidak enak) dengan teman," katanya.

Warung rokok yang jaraknya hanya sekitar lima langkah dari rumahnya, menyediakan penjualan rokok dengan cara eceran. "Lima ribu tiga batang, murah karena bisa ambil dari uang jajan," tambahnya.

Kisah Rin, mahasiswa di Jawa Timur berbeda lagi. Menganggap bahwa rokok elektrik adalah jenis rokok yang aman, Rin yang sudah tobat dari rokok konvensional pun menjajal rokok elektrik ini. Hasilnya, ternyata sensasi yang dihasilkan rokok elektrik tak kalah dengan rokok konvensional, malah kata Rin, rokok elektrik jauh lebih keren dan gaul. 

Itu mengapa tanpa merasa bersalah, Rin kemudian beralih menjadi perokok aktif jenis rokok elektrik. "Saya berpikir rokok elektrik tidak sama bahayanya dengan rokok konvensional karena tidak ada pembakaran, tidak ada asap yang berarti. Baunya juga lebih harum," tuturnya.

Ia mulai merokok elektrik sejak 2019 setelah belajar tutorial merokok elektrik melalui media sosial Instagram.

Oktavian Denta, Departemen Penelitian dan Pengembangan IYCTC mengemukakan bahwa ada banyak anak muda yang beranggapan rokok elektrik jauh lebih aman dibanding rokok konvensional. 

"Padahal penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa rokok elektrik juga sama bahayanya dengan rokok konvensional. Pada liquid rokok elektrik ditemukan kandungan seperti nikotin, formalin dan zat berbahaya lainnya," kata Denta.

Hasil investigasi yang dilakukan IYCTC juga menemukan betapa mudahnya anak mengakses rokok elektrik melalui toko daring (market place), dan betapa mengkhawatirkannya narasi menyesatkan yang sudah mempengaruhi anak muda bahwa merokok elektrik lebih terlihat keren dan gaul.

"Menarasikan rokok elektrik dengan kata-kata yang lebih gaul, ini bahaya, sehingga bisa menimbulkan misspersepsi pada anak-anak muda," tegas Denta

Diakui Denta, memang ada kesepakatan dari asosiasi pedagang rokok untuk tidak menjual rokok pada anak usia kurang dari 18 tahun. 

Tetapi fakta yang ditemukan di lapangan, berdasarkan wawancara dengan anak-anak, proses pembelian rokok oleh anak-anak sangat mudah. "Anak-anak malah bisa beli rokok melalui aplikasi," tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun