Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Musim Buah Ceri Tiba

21 Oktober 2022   11:45 Diperbarui: 21 Oktober 2022   11:48 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika musim buah ceri tiba | Ilustrasi: mustikanug dari Pinterest

Aku dan Fay sudah siap di hadapan penghulu, bersama saksi-saksi dari keluarga kedua belah pihak. Beberapa sahabat dan sejumlah undangan juga sudah hadir. Rasanya deg-degan bercampur bahagia. Hidupku akan menjadi sempurna.

Tiba-tiba Mutia, sepupu kita, berlari ke arahku menyerahkan ponsel di tangannya. Aku sempat mengira kau menelepon lagi dan meminta kami menunggumu.

Tentu saja kami akan menunggumu, Kak. Kau adalah wali pernikahanku.

Aku tidak bisa menyalahkan ketika tiba-tiba mertuamu jatuh sakit dan kalian sekeluarga diminta terbang ke negeri Ginseng.

Kami juga tidak bisa menyalahkan tanggal pernikahan yang ternyata selisih sehari dengan meninggalnya ayah mertuamu.

Kau terpaksa membagi waktumu untuk kedua hal ini. Aku yakin sangat tidak enak menjadi dirimu, harus buru-buru ke Jakarta untuk mengejar waktu.

Suara petugas di ujung telepon mengabarkan sesuatu yang tidak kuharapkan. Pesawatmu mengalami kecelakaan dan kau termasuk korban luka yang tidak sadarkan diri.

Aku menangis histeris dan membuat hadirin bertanya-tanya. Semua menjadi mimpi buruk yang menghempaskanku pada kenyataan pahit. Pernikahanku dibatalkan.

Berbulan-bulan waktu yang kubutuhkan untuk melewati kemelut ini. Perlahan aku mulai bisa menerima bahwa semua adalah rencana Sang Kuasa. Jika kami berjodoh, Fay dan keluarganya pasti akan menghubungiku lagi.

***

Pagi-pagi sekali aku menumpang kereta, pulang ke kampung masa kecil kita. Aku akan mengunjungi makam ibu dan ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun