Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alpa

22 Februari 2022   10:14 Diperbarui: 22 Februari 2022   10:14 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi Alpa - Photo by Aditya Chinchure on Unsplash

Dunia yang fana ini
Penuh kekosongan
Penuh kekacauan
Penuh ketidaktahuan
Penuh kebohongan 

Jiwaku merasa tersesat
Penuh kekhawatiran
Penuh ketakutan
Penuh kemurkaan
Akan sebuah kehilangan  


Tak ada lagi kabar
Tak ada lagi luka
Hanya menyisakan sebuah cerita
Cerita manis, dimana membuatku terperangkat pada dunia fantasi 

Begitu indah
Penuh cahaya harapan
Gemilang kelap kelip bintang 

Terangnya rembulan
Menciptakan momen kebahagiaan begitu nyata
Tanpa ada cacat 


Suasana ramai, sesak, dan pedat
Semua berkat musik yang berdendang 

Volume suara keras
Lampu disko berputar mengelilingi tubuhku
Tanpa membiarkan hidupku terisak
Aku menikmatinya 

Menari riang gembira
Bernyanyi dengan penuh suka cita
Tanpa merasa beban 

Isi kepala seakan mendikteku untuk terbang ke bulan
Aku bisa memutus rantai skenario dari Tuhan.
Aku bebas hingga lupa jalan pulang. Aku berdiri jauh di atas angan.
Angan untuk menggapai yang berkilauan

Tanpa aku sadar
Diriku seorang manusia
Penuh kekurangan
Penuh kelalaian
Penuh kemunafikan
Penuh dosa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun