"Oh... Tidakkkkkkkkkkk!" teriakku terperangah.
Paras sosok di depan mataku ini sama dengan anak yang kujumpai semalam. Aku mencoba mengguncang tubuhnya, berharap dia memberikan respons, tetapi tubuhnya dingin terbujur kaku tak bernyawa.
Mataku nanar melihat sosok itu, tubuhku menggigil, aku gugur gemetar, lututku berguncang, dan pandanganku mulai berkabut.
Tiba-tiba sebuah kilatan rekognisi menghampiriku. Aku melihat ibu menyuntikan sesuatu kepadanya sembari berkata: "Selamat terlelap, Nak! Saat Kau bangun nanti Kau akan memasuki kehidupan baru yang menyenangkan."
Ibu membiusnya dan aku melihat bukan hanya Calla saja yang berada di kamar ini, tetapi terdapat tiga orang anak perempuan lain bersamanya.
Aku tersentak dan tersadar. Sekonyong-konyong aku berlari menuju ibu.
"Ibu apakan anak-anak di kamar itu, Bu? Mengapa Ibu melakukan ini semua? Mengapa Ibu tega sekali?" cecarku sambil terisak.
"Hah, Kau membuka kamar itu ya!" jawab ibu menghela napas.
"Calla telah meninggal, Bu? Kenapa Calla meninggal? Kenapa, Bu? Kenapa?"
"Dia gagal dikirim karena mati setelah dibius," timpal ibu dengan tatapan angkara ke arah jendela.
"Ibu berencana menjualnya? Kenapa, Bu?"