Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Medical Check Up, Dilema antara Biaya dan Percaya Dukun

16 Maret 2023   05:01 Diperbarui: 18 Maret 2023   04:07 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medical check up, dilema antara biaya dan percaya dukun | Dokumen diambil dari: hausartz-deisenhofen.de

Dilema boleh saja ada, tapi masyarakat rasional akan tetap melihat bahwa pilihan yang mendatangkan kualitas hidup, kesehatan secara keseluruhan dan produktivitas sebagai yang paling dekat dengan kepastian daripada praktek perdukunan | Ino Sigaze.

Negara-negara maju sangat menganjurkan penduduknya mengadakan medical check up selama 4-5 tahun sekali. 

Medical check up yang dianjurkan itu betul-betul karena kesadaran akan pentingnya penanganan dini pada penyakit tertentu.

Oleh karena itu, medical check up selalu dilakukan atas kesadaran sendiri. Alasan paling mendasarkan tentu saja karena pemberlakuan asuransi kesehatan yang memberikan jaminannya.

Nah, konteks seperti itu masih terlalu sulit untuk diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. 

Pemerintah mungkin saja sangat menganjurkan supaya penduduk Indonesia mengadakan medical check up yang rutin dalam kurun waktu tertentu. 

Namun, kendala yang sering muncul ternyata bukan saja soal biaya. Nah, beberapa alasan berikut sering mendatangkan dilema dalam konsep berpikir masyarakat:

1. Biaya medical check up yang mahal, tapi birokrasinya mudah

Pilihan biaya medical check up yang mahal itu semata-mata karena perhitungan terkait kualitas dan kemudahan dalam birokrasi. 

Sampel dari ulasan ini adalah pengalaman pribadi 2 tahun lalu di Flores, NTT.

Adik sepupu yang sakit dan saya meminta orang tuanya untuk medical check up di kota Ende. 

Di kota cuma ada dua pilihan antara melakukan  medical check up di Rumah Sakit Umum (RSU) atau di Rumah Sakit Swasta milik para Suster.

Perbedaan antara keduanya sangat jelas. RSU umumnya lebih sulit berurusan dengan medical check up, hal ini karena sistem pelayanan yang melayani banyak orang sakit dan bisa saja prioritas pelayanan pada pasien yang sangat membutuhkan penanganan segera.

Sedangkan Rumah Sakit Swasta tampak lebih simple dan kesan masyarakat dari segi kualitas lebih baik. Cuma hal yang tidak bisa dihindari adalah biaya medical check up yang mahal.

Hidup dan pilihan selalu punya konsekuensinya. Konsekuensi yang dekat pada kualitas dan manfaat untuk kehidupan tetap saja menjadi pilihan dilematis dari waktu ke waktu.

2. Medical check up adalah alternatif terakhir setelah Alternatif pengobatan tradisional ala dukun

Dilema berikut yang tidak kalah menariknya di mana saja adalah konsep masyarakat terkait alternatif pengobatan yang bernuansa tradisional, tapi juga mengarah ke praktek perdukunan.

Pengalaman sebagian orang yang sembuh oleh karena penanganan dukun, telah menjadikan medical check up kalah diminati masyarakat kebanyakan di desa-desa.

Bahkan ada semacam logika bawah sadar di kalangan masyarakat bahwa "jika dukun terkenal tidak bisa menanganinya, maka orang harus melakukan medical check up."

Logika bawah sadar ini sungguh sangat disayangkan karena beberapa alasan:

Pertama, penderita sakit sudah menderita parah dan oleh karena itu pilihan medical check up tidak lagi menjadi pilihan preventif untuk mengatasi penyakit penderita menjadi lebih parah.

Kedua, pihak Rumah Sakit selalu akan menjadi kambing hitam karena dianggap tidak bisa menangani orang-orang yang sakit parah hingga membawa kesembuhan.

Ketiga, orang salah mengerti maksud dari medical check up, bukan tunggu saat kritis dulu, tetapi pada saat orang merasa sehat pun medical check up perlu dilakukan secara teratur dalam kurun waktu tertentu.

Keempat, kesalahan tindakan penanganan kesehatan yang dilakukan oleh para dukun didiamkan saja. 

3. Takut dengan tekanan psikis saat mengetahui menderita suatu penyakit

Psikologi masyarakat itu berbeda-beda. Ada orang yang merasa bersyukur kalau dari hasil medical check up itu, ia menjadi tahu dengan jelas apa penyakitnya dan mulai melakukan tindakan medis sejak awal.

Tapi ada juga orang yang kalau tahu bahwa dirinya menderita penyakit tertentu, lalu menjadi down karena rasa takut berlebihan. Akibat dari ketakutan itu adalah imun tubuh pun ikut terdepak.

Tidak heran ketika diketahui bahwa ada penyakit tertentu, seseorang tidak bisa lagi tenang dalam menjalani hidup.

Padahal tahu lebih dini suatu penyakit akan menjadi lebih mudah sejak dini pula untuk mencegah atau mengatasinya, daripada kalau tahu tentang suatu penyakit setelah sudah parah atau stadium tinggi.

Tapi itulah dilemanya, di satu sisi tidak ingin terkena tekanan psikis, tapi di sisi lain kalau tahunya terlambat, maka resikonya sangat besar.

4. Masyarakat kehilangan harapan pada pengobatan konvensional

Sebagian orang mungkin telah mencoba pengobatan konvensional tanpa hasil yang memuaskan, sehingga mereka mencari alternatif pengobatan, termasuk dukun atau praktisi pengobatan alternatif. 

Belum lagi kendala lainnya seperti judul besar medical check up, tapi hasil check upnya cuma beberapa jenis penyakit saja. 

Tidak hanya itu, masyarakat tidak mengerti dengan berbagai istilah medis yang tercantum dalam hasil medical check up.

Petugas dari pihak rumah sakit juga terkadang tidak punya kompetensi yang bagus dalam menjelaskan secara mendetail tentang hasil medical check up; jadi masyarakat tidak tahu langkah apa yang perlu dilakukan setelah medical check up.

5. Kebutuhan untuk mencari dukungan spiritual semakin besar

Manusia di mana saja, secara khusus orang-orang sakit sangat membutuhkan dukungan spiritual. 

Dukun atau praktisi pengobatan alternatif dapat menyediakan dukungan spiritual yang dibutuhkan oleh beberapa orang selama masa penyembuhan mereka. 

Pada sisi yang positif pasien akan merasakan bahwa dirinya menjadi lebih tenang dan meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional.

Akan tetapi, ketenangan seperti itu cuma untuk sementara saja, pada saatnya akan kembali merasakan dampak dari penyakitnya.

Dari lima dilematis di atas, sebenarnya masyarakat kita perlu punya wawasan tentang keuntungan praktis dari medical check up itu sendiri:

Pertama,  fungsi deteksi dan preventif. Medical check up itu sangat penting tidak hanya untuk mengetahui penyakit sejak dari dini, tapi juga pada saat yang sama dapat mencegah kemungkinan suatu penyakit.

Kedua, orang lebih diyakinkan tentang keadaan atau Zustand kesehatannya secara keseluruhan. Pengetahuan tentang kesehatan pribadi secara keseluruhan yang baik dapat juga membantu pertumbuhan mental dan psikis yang baik.

Ketiga, orang dapat lebih maksimal menjaga kualitas hidup dan produktivitas karya. Hidup sehat tentu saja dekat dengan konsep tentang produktivitas.

Kualitas hidup sehat selalu memungkinkan orang untuk menjadi lebih produktif baik di tempat kerja, maupun di rumah bersama dengan keluarga mereka.

Demikian beberapa gagasan yang memperlihatkan posisi dilematis masyarakat dewasa ini. Ingin memiliki hidup berkualitas dan produktif, tapi takut mengadakan medical check up dan tekanan psikis saat melihat hasilnya, biaya yang mahal dan birokrasinya yang rumit.

Dukun kadang menjadi pilihan untuk menghindari medical check up.

Meskipun demikian, kita tetap berharap bahwa masyarakat kita perlu tetap menjadi lebih rasional melihat bahwa medical check up itu adalah cara terbaik agar hidup sehat yang mengarahkan orang kepada hidup yang berkualitas dan menjadi lebih produktif.

Salam berbagi, ino, 16.03.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun