Umumnya mereka punya pacar, tetapi itu dalam kesadaran penuh saling dukung untuk sukses dalam mencapai tujuan utama mereka. Coba bayangkan mereka jauh dari orangtua, siapa yang harus menegur dan melarang mereka?Â
Tentunya bukan itu yang penting, melainkan kesadaran mereka sendiri tentang pentingnya masa depan sebagai pilihan prioritas.
3. Keindahan dari hubungan anak-anak
Dalam pesan sederhana tentang hubungan itu ada kata-kata "Na ata gaga ki." Makna dari ucapan itu sebenarnya ada dalam kaitannya dengan kerinduan orangtua sendiri. Orangtua sangat mengharapkan keindahan hidup dan masa depan anak mereka.
Keindahan masa depan anak mereka sudah harus disiapkan sejak dini, sejak anak-anak mereka mengenal orang lain yang adalah pacar mereka. Persiapan dini yang penting adalah kedewasaan hubungan mereka yang terarah kepada masa depan.
Oleh karena itu, sebetulnya orangtua dalam kerangka tanggung jawab dan konsep tentang keindahan masa depan anak-anak mereka, bisa saja cukup gelisah ketika melihat anak-anak mereka berpacaran.Â
Percayalah pada saat itu orangtua punya pesan dan doa yang baik untuk masa depan anak mereka. Umumnya untuk konteks adat Flores, orangtua pada saat yang sama sudah mulai melihat dan menilai.
Bisa saja ada harapan sebaiknya dilanjutkan untuk seterusnya. Mengapa begitu? Konsep adat di sana pacaran itu bukan untuk main-main perasaan anak orang. Dalam ungkapan yang sangat sederhana bisa dikatakan seperti ini: "jangan main gila orang punya anak."
Dari situ jelas, orangtua selalu punya harapan yang baik dan bukan melarang anak mereka untuk berpacaran. Jadi, jelas sikap orangtua umumnya selalu menempatkan beberapa sikap ini:
1. Tanggung jawab dan sopan santun
2. Dewasa dalam perencanaan