1. Kemampuan untuk menjaga hubungan secara baik dan benar
Hubungan apapun itu mesti dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang. Nah, sikap yang tepat adalah saling menjaga. Pasangan hubungan bukanlah objek dari eksploitasi nafsu dan hal-hal lainnya.
Hubungan pacaran tentu saja tidak diinginkan sebagai bentuk percobaan atau sekadar menjadi ajang rasa bangga bahwa sudah bisa punya pacar, tetapi lebih dari itu saat menumbuhkan kedewasaan emosional dan sikap batin.
Pada posisi argumen seperti ini, sebetulnya saat anak berpacaran menjadi saat yang baik, jika dilandasi dengan pemahaman yang benar juga dari orangtua mereka.Â
Memang benar bahwa anak perlu diarahkan kepada bentuk kesadaran dan konsep berpikir seperti itu, ya tentang menjaga hubungan agar tetap harmonis dan penuh tanggung jawab.
2. Pentingnya soal perencanaan masa depan
Dalam nada ucapan yang sangat sederhana dari orangtua saya, yang juga tidak berpendidikan tinggi, tetapi saya percaya bahwa ucapan itu adalah ucapan bijak yang menyimpan khasanah pesan baik untuk masa depan kami anak-anak dan juga tentu untuk anak-anak umumnya.
Pesan serupa mengingatkan saya akan beberapa orangtua di Jerman yang saya kenal. Mereka juga rupanya punya pikiran yang sama seperti itu. Berbicara secara santun pada anak mereka tentang hubungan anak mereka dan juga hal yang perlu anak mereka pikirkan soal masa depan.
Sie müssen Studium als Priorität setzen. Itu ungkapan yang pernah saya dengar. Artinya anak-anak mereka harus menempatkan studi sebagai prioritas utama. Studi atau umumnya pendidikan anak-anak itu harus dijadikan prioritas dan bukan pacaran.
Dalam hal ini, orangtua tidak melarang anak mereka berpacaran, tetapi anak-anak harus tahu dan sadar bahwa pacaran itu tidak akan menjadi jaminan masa depan yang baik.
Hal yang baik dari pacaran itu bisa saja sebatas saling memotivasi dan saling mendukung melampaui badai kesulitan dalam sekolah atau studi. Ini juga cerita dari beberapa Student Indonesia yang ada di Jerman.