Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Solusinya Ketika Cukai Rokok dan Gengsi Budaya Masyarakat Sama-sama Naik?

6 November 2022   20:40 Diperbarui: 7 November 2022   14:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan cukai rokok sebaiknya bukan hanya menjadi solusi satu-satunya, tetapi di sana dibutuhkan juga jenis-jenis edukasi dan pendekatan yang menyentuh nadi adat dan kebiasaan masyarakat, hingga sampai pada kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan kemandirian ekonomi bagi masa depan mereka dan bangsa ini | Ino Sigaze.

Kebijakan kenaikan cukai rokok memang menarik dari sisi tujuannya agar menekan kecenderungan anak-anak muda yang merokok. Merokok bisa saja menjadi satu fenomena masyarakat umumnya yang punya hubungannya dengan gengsi sosial.

Kenaikan harga cukai rokok rupanya bukan satu-satunya menjadi cara terbaik untuk membendung atau memangkas gengsi anak-anak muda yang merokok, bahkan bisa saja dikatakan kebijakan itu tidak punya pengaruhnya.

Rokok adalah bagian dari bisnis di pasar global. Tidak ada satu negara pun yang penduduknya tidak ditemukan merokok. Rokok telah menjadi tren modern, bahkan di belahan benua Eropa terdapat fenomena yang mengejutkan karena ternyata paling banyak merokok di sana adalah perempuan daripada laki-laki.

Itu hanya suatu fenomena saja yang tentu saja masih bersentuhan dengan tema merokok. Akan tetapi, fokus ulasan ini adalah apakah kebijakan kenaikan cukai rokok itu memberikan pengaruh pada sikap dan keputusan para perokok untuk mengurangi kebiasaan merokok? Ada beberapa alasan yang memberatkan kebijakan itu sebagai solusi terbaik:

1. Merokok itu adalah pilihan atas dasar gengsi budaya masyarakat

Pemahaman tentang merokok sebagai fenomena yang ada kaitannya dengan gengsi budaya masyarakat itu saya pahami ketika beberapa kali liburan di Flores. Ada perubahan terkait kenyataan merokok dalam setiap event kemasyarakatan di sana.

Momen kemasyarakatan di sana umumnya terhubung dengan konsep adat, bahkan rokok itu sendiri telah dihitung sebagai instrumen penting dalam adat. 

Coba bayangkan adat Ende misalnya, punya momen yang dikenal sebagai zo weti bako, atau momen pengantin melayani rokok dan sirih pinang secara adat.

Nah, pada momen seperti itu, yang disiapkan bukan cuma satu jenis rokok, tetapi ada beberapa jenis dari segi harganya. Satu hal yang pasti bahwa Surya 12, Sampoerna pasti ada di sana. Saya kaget karena harga dari jenis Sampoerna dan Surya itu sudah di atas 25.000 per bungkus di kampung saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun