Inilah beberapa gejala kecemasan yang bisa membawa seseorang atau siapa saja kepada fear of missing out. Fenomena ini terasa semakin besar dan semakin banyak menimpa manusia secara global.
Pasca pandemi yang begitu ekstrim membatasi ruang interaksi sosial bisa menyeret manusia secara global kepada fenomena fear of missing out di mana saja dan bisa terjadi kapan saja.
Melawan fear of missing out
Berangkat dari pengalaman pribadi tentunya saya mulai mengolah perasaan cemas, takut dan gelisah itu. Pikiran dan cara apa saja untuk melawan FoMO?
1. FoMO perlu dilawan dengan kebiasaan diri menentukan rencana dan target tanpa harus terlalu sering membandingkan diri Anda dengan orang lain
Rasa cemas, gelisah, iri hati saat melihat ada begitu banyak orang lain pada saat pandemi ini justru berkembang, kreatif dan produktif dalam bidang-bidang yang sedang ditekuni seseorang.
Bahkan perlu diketahui bahwa manusia tidak pernah menghindar dari keinginan diri menjadi lebih maju, menjadi lebih baik, lebih populer dan lain sebagainya. Akan tetapi, jangan lupa lho, Anda harus punya target sendiri dan fokus pada target pribadi.
2. FoMO perlu dilawan dengan kebiasaan menenangkan diri sendiri
Ketenangan diri itu sangat penting agar hati dan pikiran tidak dihimpit rasa iri yang berlebihan dan berkepanjangan. Ada lho, yang karena iri membawanya jadi gelisah tidak bisa tidur.
Tidak hanya itu, ketenangan diri menjadi modal bagi siapa saja untuk mengalami rasa damai dengan dirinya sendiri. Ini cuma sharing kecil dari pengalam sendiri.Â
Rasa iri hati yang melahirkan kecemasan, ketakutan, ya FoMO itu muncul silih berganti, namun ketika menikmati instrumen syahdu, saya bisa memejamkan mata dan tertidur, tenang, bahkan damai kembali hati ini.