Sayap untuk kembali ke pusaran hidup. Terbang di angkasa sambil menatap bumi seakan hidup hanyalah keteraturan, indah dan memesona mata.
Di ketinggian bersama Qatar ku tatap semesta cuma ada warna warni, cahaya dan rona-rona indah. Pada saat ada jarak, cuma terlihat hanya ada keindahan.
Sayap untuk kembali menulis serpihan kisah tercecer di tengah kota dan desa-desa terpencil. Menyelisik ke dalam sunyi tak berirama antara perjumpaan dengan semua yang tidak terduga.
Sayap untuk kembali ke dalam ritme hidup, setelah pulang dari ketertinggalan dan keterbelakangan dalam semuanya. Mengapa masih seperti itu kota dan desaku?
Jari bergetar ingin menulis, namun apa daya semuanya masih terlalu mahal dan terbatas untuk dijangkau. Mengurung ide dan inspirasi di tengah kesulitan jaringan internet dan komunikasi seakan-akan keharusan yang mesti diterima tanpa keluh dan kesah.
Sayap untuk kembali menjadi inspirasi yang membakar rindu untuk berbagi dari percikan ide di perjalanan menuju negeri sendiri. Pulang kampung ternyata tidak mudah seperti tinggalkan kampung.
Menemui ibu yang terbaring lesu mungkin impian terburuk, namun rencana Dia yang Agung tetap selalu berbeda dari prediksi dan dugaan-dugaan dari rasa cemas dan takut.
Sayap untuk kembali meraih kasih ibu dan ayah mengubah abu-abu jadi biru dan bercahaya pratanda hidup dan kemenangan di depan mata orang-orang percaya.Â
Sayap untuk kembali ke dalam medan pelayanan dengan cara pandang baru. Sayap-sayap tekad dan kemauan, cinta dan harapan, iman dan amal kasih mesti mendarat dari waktu ke waktu.
Salam berbagi, ino, 16.09.2021.