Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memperkuat Strategi Merek lewat Media Sosial

2 Februari 2018   12:20 Diperbarui: 2 Februari 2018   12:32 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini seperti biasa saya mengawali hari dengan meliha timelineInstagram, sebuah aktivitas yang sepertinya tidak hanya saya saja yang melakukan, hampir sebagian orang yang punya medsos (hampir) pasti mengawali harinya dengan mengecek medsosnya. Entah itu lihat berita atau membalas komen di postingan.  

Mata saya terpaku pada postingan dari salah satu instansi pemerintahan kota yang memiliki komen hampir 50, wah seru ini banyak yang komen kata saya dalam hati, lalu saya klik komennya dan memang benar banyak komentar bernada  kritik ramai menghiasi postingan tersebut. Namun sayang tidak ada satupun balesan dari mimin (admin) medsos instansi tersebut.  Jempol saya gatel beraksi, akhirnya saya tulis di kolom komen "menanti jawaban mimin terhormat", sent. 

Masih ada waktu sebelum masuk kantor, akhirnya saya berselancar ke kanal medsos instansi pemerintahan kota lainnya, walah kok idem hanya asal posting saja, tetapi tidak merespon komentar dari warganet yang berkomentar. Sepertinya para mimin ini tidak tahu kegunaan media sosial. Berani membuka kanal media sosial berarti harus berani berdialog terbuka. Bila memang tidak tahu mau menjawab apa ya setidaknya ada ucapan terimakasih atas komentar yang dituliskan. 

Di era media sosial, memang sudah seharusnya setiap instansi pemerintahan mampu mengelola kanal media sosialnya dengan baik dan profesional, tidak lagi hanya sekedar posting sebagai kewajiban LPJ kegiatan, kemudian ditinggal begitu saja. Saya pernah mengikuti kegiatan relawan, hal menarik yang saya pelajari dari kegiatan ini adalah saya diajarin membuat time schedule postingan. 

Di minggu pertama postingan akan membahas A, maka tiap hari hanya yang bertema A yang diposting. Setiap minggu bahasannya beda. Dan sepertinya ini cocok digunakan untuk media sosial instansi pemerintahan. Lagian kan gak setiap hari ada kegiatan, jadi ada waktu dimana warga mendapat sosialisasi mengenai satu hal. 

Ditampilkan dengan data yang akurat, gambar menarik, bagus lagi kalau dalam bentuk infografis. Media sosial adalah pintu yang akan memperlihatkan apa saja yang telah dikerjakan, yang akan dikerjakan dan yang belum dikerjakan. Bukankah dari media sosial, bisa mendengar aspirasi warga, menampung keluhan, mensosialisasikan program, bertindak sesuai keluhan warga, dan ini yang paling penting yaitu membangun sarana dan infrastruktur sesuai kebutuhan warga kota. 

Setelah puas berselancar di media sosial pemerintahan, saya meluncur ke sebuah akun yang disarankan oleh seorang teman, akun tentang gerakan penyelamatan satwa dan lingkungan. Ketika saya sampai ke akun tersebut, walah kok postingannya cuma 4, dan itupun sudah jadul sekali. Lalu bagaimana saya bisa tau mengenai gerakan ini, apa yang sebenarnya mereka perjuangkan, apa yang mereka tuntut, apa yang telah dilakukan selama ini dan bagaimana caranya saya bisa bantu gerakan ini. 

Di era sekarang, sebenarnya hal paling mudah untuk memberitahu orang adalah dengan menunjukkan alamat akun medsos kita. Media sosial mempersingkat kenalan menurut saya. Bahkan kepada orang yang belum tentu dia kenal kita, kita sudah tau apa makanan favoritnya, contohnya ya kalau kita follow akun artis/seleb medsos. 

Menggaungkan gerakan sosial juga lebih mudah dengan media sosial. Virus literasi meskipun ajakannya agar membaca dan menulis buku, bisa viral seperti sekarang ya karena media sosial (bukan dari buku hehehe). Postingan berupa gambar dan caption yang menyentil nurani akhirnya membuat gaung gerakan itu semakin terdengar ke permukaan, akhirnya terjadilah pergerakan sedikit demi sedikit.  Misal donasi korban bencana, selamatkan satwa, berantas buta huruf, vaksin difteri dan issue lainnya, bisa bergerak lebih kencang ya karena media sosial. Masalah yang melibatkan hajat hidup orang banyak memang harus diselesaikan bersama, tidak bisa hanya pemerintah sendiri atau organisasi/instituti sendiri.

Ada juga yang unik ketika ada sebuah akun medsos yang nama akunnya sebuah organisasi/instansi (contoh buangsampahserentak) eh ternyata isi akunnya kebanyakan foto selfie si miminnya. Duh, ini mah ngaco menurut saya. Si folower ikutan bingung apa bener ini akunnya atau akunnya kena hack. Kalau begitu lebih baik buat dua akun, satu buat selfie satu buat gerakan.  Harus tepat penggunaannya, bisa memilah  mana postingan pribadi mana postingan milik akun organisasi/instansi.

Dengan adanya medsos, kita jadi bisa "ngebranding" diri kita sendiri. Kita mau dikenal apa oleh warganet, si jago masak atau si jago makan (hehehe itu sih saya). Saya dapat pelajaran lagi dari seorang teman, mayoritas postingan harus sesuai dengan branding yang telah kita tetapkan. Kalau memang kita lagi campaign "bekal sehat" (contohnya) ya postingan tentang menu bekal sehat jangan tiba tiba muncul postingan minuman bersoda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun