Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kena Tulah

31 Juli 2017   21:27 Diperbarui: 8 Oktober 2019   09:00 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"mau gimana lagi sayang, memang sudah takdir kita menjadi ayam yang telornya bermanfaat buat kesehatan manusia. kita ini kan memang diciptakan untuk memenuhi perut mereka" sahut ayam jantan pasrah

"tidak mas aku menolak takdir itu. Siapa mereka ? beraninya menentukan takdir ku. Aku dan manusia sama sama ciptaan Tuhan. Aku juga punya hak untuk menentukan hidupku, sama seperti mereka. Tanpa kehadiran Surdi yang memberikan makan pagi dan sore, toh kita tetap hidup. Kita bisa bertahan tanpa manusia. Mereka mengira hanya mereka yang berakal, mereka kira hanya mereka yang punya keinginan, mereka kira hanya mereka yang punya hak untuk melanjutkan keturunan" kata betina berapi api. Betina terbang ke batang pohon kersen, lalu bersuara riuh sekali. Ayam ayam lain menoleh kepadanya, meanatap maklum kepada betina lalu kembali meneruskan pekerjaan mereka "sudah lanjutkan saja mencari makan, seperti tidak tahu dia saja" ujar salah satu ayam betina kepada ayam ayam lainnya.

Kemarahan betina bukan yang pertama kali, mungkin sudah hampir 50 kali sejak Surdi mengambil telur pertamanya yang baru menetas. 

***

Seperti biasa setiap pagi Surdi memanen telur ayam, memeriksa apa yang tersembunyi di balik pantat ayam. Ketika Surdi memeriksa Betina, untuk pertama kalinya Surdi melihat sebutir telur yang ukurannya lebih besar dari ayam lainnya. "Wah apa karena telur yang besar ini, sehingga telurmu tidak boleh dimakan" tanya Surdi yang tentu saja tidak dijawab oleh Betina

"hmm bila telurnya sebesar ini apalagi ayamnya ya, pengeluaranku beli dedek dan jagung lebih banyak lagi "pikir Surdi


"aku penasaran dengan telurmu, aku coba ah" Surdi mengambil sebutir telur itu, lalu menggoreng jadi telur mata sapi untuk sarapannya pagi itu. Surdi terkejut ketika lidahnya merasakan telur Betina, rasanya sungguh beda dengan telur ayam lainnya. "telur ini memang beda, rasanya enak sekali" kata Surdi. Semenjak itu setiap hari, Surdi dan keluarga memakan telur Betina entah itu dibuat telur setengah matang atau telur mata sapi. 

Selain rasanya yang enak, telur betina ternyata juga berkhasiat. Bila sarapan dengan telor betina, Surdi merasa lebih bertenaga, ibarat hp yang baterainya selalu dalam kondisi 100%. ON terus kalau kata iklan. Biasanya setelah makan siang Surdi lanjutkan dengan tidur siang. tapi tidak lagi bila sarapannya telur Betina, tidak ada rasa kantuk sama sekali. Emak ikutan senang, karena Surdi bisa bantuin emak jagain warung sementara emak nyuci ke tetangga sebelah. Semenjak Surdi kena PHK, emak jadi tukang cuci setrika. Biar bisa ngasih jajan ke Sardi, adeknya Surdi kata emak suatu hari. 

***

Suatu hari  Jantan menemukan Betina menangis di balik rimbunan pohon 

"kenapa menangis sayangku ?" tanya jantan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun