Sejak pemerintah mengakui ada kasus HIV/AIDS di Indonesia (1987), sedangkan epidemi global tahun 1981, pemerintah sudah melakukan sosialisasi HIV/AIDS. Tapi, hasilnya big nothing (nol besar) karena informasi HIV/AIDS yang dikemas dalam komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dibalut dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Akibatnya, yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
Maka, selama KIE hanya berisi mitos selama itu pula masyarakat tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang realistis melalui hubungan seksual.
Itu artinya insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa, akan terus terjadi yang selanjutnya mereka menularkan ke orang lain sebagai silent disaster (bencana terselubung) ibarat 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022. (Kontak via e-mail: syaifulwh@gmail.com).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI