Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

‘Seks Bebas’ Jargon Moral yang Menyesatkan dan Menyudutkan Remaja

2 Maret 2011   06:42 Diperbarui: 17 Mei 2022   11:15 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks Seks Bebas dan Pergaulan Bebas sebagai sifat hubungan seksual (Dok. Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Tidak jelas siapa yang memulai memakai jargon ‘seks bebas’ sebagai padanan dari free sex. Pengaitan ‘seks bebas’ dengan penularan HIV mengaburkan cara-cara penularan. Istilah ‘seks bebas’ menohok remaja dan menguntungkan kalangan dewasa. Penggunaan ‘seks bebas’ sebagai istilah yang meredam makna kata.

Dalam kosa kata Bahasa Inggris tidak dikenal terminologi free sex. Tidak ada laman free sex di kamus bahasa Inggris. Yang ada adalah free love yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).

Celakanya, ‘seks bebas’ menjadi jargon yang tidak jelas juntrungannya karena menyesatkan. Rancu dan ngawur. Soalnya, ‘seks bebas’ hanya dikaitkan dengan zina, terutama pada kalangan remaja. Ini mengesankan bahwa zina di kalangan dewasa, termasuk yang terikat dalam pernikahan, tidak termasuk ‘seks bebas’.

Banyak hal yang terkait dengan seks selalu ditimpakan kepada remaja. Ini membuat masalah seks di kalangan dewasa tidak menjadi masalah. Padahal, tidak sedikit kasus percaraian karena terkait dengan seks, seperti perselingkuhan, tertangkap basah, dll.

Bahkan, data KPAN menunjukkan 1.970 istri tertular HIV dari suaminya. Laki-laki yang menjadi suami ini tentulah laki-laki dewasa. Mereka melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan lain. Tapi, lagi-lagi pejabat, pemuka agama dan tokoh masyarakat serta wartawan sama sekali tidak mengaitkan zina, ‘jajan’, selingkuh, dll. di kalangan dewasa sebagai ‘seks bebas’.

Misalnya, terkait dengan kasus HIV/AIDS di kalangan ibu-ibu rumah tangga nyaris tidak ada komentar yang mengatakan bahwa suami ibu-ibu rumah tangga itu melakukan ‘seks bebas’. Agaknya, ini terjadi karena kalangan dewasa ingin menutupi ‘kebejatan’ mereka dengan cara tidak mengaitkan perilaku seks di luar nikah sebagai ‘seks bebas’.

Di Wikipedia bahasa Indonesia ‘seks bebas’ dapat merujuk pada: seks di luar nikah dan hubungan seksual melalui prostitusi. Tapi, melacur yang disebut ‘seks bebas’ hanya yang dilakuan remaja, sedangkan zina, dalam bentuk melacur, ‘jajan’ dan perselingkuhan di kalangan dewasa tidak dianggap sebagai ‘seks bebas’.

Banyak judul berita yang selalu mengaitkan ‘seks bebas’ dengan penularan HIV. Ini yang menyesatkan karena tidak ada kaitan langsung antara ‘seks bebas’ dengan penularan HIV. Soalnya, penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam atau di luar nikah jika salah satu dari pasangan itu mengidap HIV (HIV-positif) dan laki-laki tidak memakai kondom setiap kali sanggama. Sebaliknya, kalau satu pasangan dua-duanya tidak mengidap HIV (HIV-negatif) maka tidak ada risiko penularan HIV melalui hubungan seksual biar pun tanpa kondom dan dilakukan di luar nikah dalam bentuk zina, melacur, ‘seks bebas’, seks pranikah, seks anal dan seks oral.

Simak judul berita ini:

Virus mematikan HIV/AIDS, yang di antaranya disebabkan oleh pergaulan bebas dan narkoba (www.jambiekspres.co.id, 8/2-2011) 

Seks bebas Picu 'Raja Singa' (inilah.com, ‎31/1-2011‎)

Imbas Seks Bebas, 943 Warga Kediri Kena Raja Singa (inilah.com, ‎30/1-2011‎)

Kick Andy: Ancaman Seks Bebas di Kalangan Remaja (METRO TV, 4/1-2011)

Pemerhati: Remaja Rentan Seks Bebas Dan Narkoba (www.antaranews.com, 17/10-2010)

…. perilaku seks bebas yang mulai terbuka di lingkungan pemuda (Solopos, ‎24/1-2011‎). 

Beberapa judul berita itu menunjukkan penggunaan istilah ‘seks bebas’ yang membabibuta, sehingga mengaburkan makna. Yang menyesatkan adalah ‘seks bebas’ selalu dikaitkan dengan penularan HIV dan remaja.

Ada kesan penggunaan istilah ‘seks bebas’ justru merupakan eufemisme yang meredam makna hakiki dari zina, khususnya untuk kalangan dewasa.

Selama informasi tentang risiko penularan HIV hanya dikait-kaitkan dengan ‘seks bebas’ maka selama itu pula banyak orang, khususnya remaja, tidak memahami HIV/AIDS secara komprehensif. Di Gambar 1 dapat dilihat kerancuan selama ini karena hanya mengaitkan ‘seks bebas’ dan ‘pergaulan bebas’ dengan penularan HIV.

12990480021076456596
12990480021076456596
Kalau ‘seks bebas’ dan ‘pergaulan bebas’ dikategorikan sebagai penyebab HIV/AIDS, maka semua kegiatan seks di luar nikah juga berisiko tertular HIV. Maka, informasi tentang risiko penularan HIV yang komprehensif adalah menyebutkan semua perilaku seksual di luar nikah.

Kalangan laki-laki dewasa, terutama suami, pun menepuk dada karena mereka tidak disebut sebagai ‘pelaku seks’ bebas jika melakukan hubungan seksual dengan perempuan lain.

Sudah saatnya penggunaan kata tidak direduksi untuk kepentingan politis, norma, moral dan agama. Kata akan lebih bermakna jika disebut secara eksplisit: melacur (dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung), hubungan seksual pranikah, hubungan seksual dengan perempuan selain istri (dalam berbagai bentuk, seperti selingkuh, pergundikan, dll.), pergundikan (istri tidak resmi; selir; perempuan piaraan, bini gelap), ‘kumpul kebo’, dll.

Pemakaian ‘seks bebas’ terkait dengan penularan HIV menyesatkan karena banyak orang yang merasa tidak melakukan ‘seks bebas’, seperti pelaku perselingkuhan, pergundikan, ‘kumpul kebo’, dll.

Yang lebih celaka adalah banyak laki-laki dewasa ‘hidung belang’ yang menganggap dirinya tidak berisiko tertular HIV ketika melakukan hubungan seksual dengan PSK, karena: (a) tidak termasuk ‘seks bebas’, dan (b) tidak berganti-ganti pasangan karena biasanya mereka mempunyai ‘pasangan tetap’. ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun