Mohon tunggu...
Indri Mairani
Indri Mairani Mohon Tunggu... NIM: 43223010163 | Program Studi: S1 Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Saya adalah seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana Jakarta. Hobi yang saya gemari adalah membaca buku fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

11 Oktober 2025   22:15 Diperbarui: 12 Oktober 2025   07:53 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Teori akuntansi tidak hanya dipahami sebagai seperangkat aturan teknis dalam penyusunan laporan keuangan, tetapi juga sebagai cara manusia memahami dan menafsirkan realitas ekonomi dan sosial di sekitarnya. Dalam hal ini, pendekatan hermeneutik menawarkan pandangan yang lebih mendalam terhadap makna di balik proses dan hasil akuntansi. Hermeneutik, yang berakar dari filsafat dan ilmu humaniora, menekankan pentingnya memahami makna berdasarkan konteks sosial, sejarah, dan budaya. Wilhelm Dilthey, salah satu tokoh utama dalam hermeneutik modern, menegaskan bahwa pemahaman terhadap tindakan manusia harus dilihat dari pengalaman hidupnya (Erlebnis). Oleh karena itu, dalam memahami fenomena sosial seperti akuntansi, interpretasi menjadi langkah penting agar makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami secara utuh.

Pemikiran hermeneutik Dilthey memberikan sudut pandang baru dalam memandang akuntansi sebagai praktik sosial yang memiliki makna, bukan hanya sekadar proses teknis dalam pencatatan dan pelaporan keuangan. Melalui pendekatan ini, laporan keuangan dipahami sebagai hasil konstruksi sosial yang mencerminkan nilai, persepsi, dan pemaknaan para pelaku ekonomi. Dengan demikian, teori akuntansi berbasis hermeneutik bertujuan untuk menggali bagaimana makna akuntansi dibentuk dan dipahami oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Pendekatan ini membantu memperluas pemahaman terhadap akuntansi, dengan menekankan bahwa dimensi manusiawi, historis, dan kultural memiliki peran penting dalam membentuk praktik serta teori akuntansi itu sendiri.

 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Apa pengertian hermeneutik menurut Wilhelm Dilthey dalam kaitannya dengan teori akuntansi?

Istilah hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata kerja hermeneuein yang berarti “menafsirkan” dan kata benda hermeneia yang berarti “interpretasi” (Byrne, 2001). Pada awalnya, hermeneutika berkembang sebagai metode untuk menafsirkan teks-teks klasik, kitab suci, serta naskah hukum (Rennie, 2012). Namun, melalui pemikiran tokoh seperti Friedrich Schleiermacher (1768–1834) dan Wilhelm Dilthey (1833–1911), ruang lingkup hermeneutika diperluas sehingga tidak hanya terbatas pada teks keagamaan atau hukum, melainkan mencakup berbagai bentuk teks dan makna dalam kehidupan manusia. Perkembangan lebih lanjut terjadi melalui karya para filsuf seperti Martin Heidegger (1889–1976), Hans-Georg Gadamer (1900–2002), dan Paul Ricoeur (1913–2005), yang membawa hermeneutika ke arah pemahaman yang lebih filosofis dan eksistensial, dikenal sebagai hermeneutika kontemporer.

Secara umum, Zygmunt Bauman menggambarkan hermeneutika sebagai upaya untuk memahami dan menjelaskan makna dari suatu ujaran atau teks yang tampak kabur, samar, atau bahkan kontradiktif, sehingga dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca atau pendengar (Faiz, 2003). Dalam pandangan para ahli seperti Robinson dan Kerr (2015), hermeneutika sering dipahami sebagai teori tentang pemahaman dan interpretasi karena memadukan aspek “filsafat pemahaman” dan “ilmu interpretasi teks” (Geanolles, 1998; Walshaw & Duncan, 2015). Sebagai filsafat pemahaman, hermeneutika menegaskan bahwa manusia berinteraksi dengan dunia melalui bahasa, dan bahasa menjadi medium utama untuk mengomunikasikan pengetahuan serta pengalaman (Byrne, 2001). Ketika individu mengalami suatu peristiwa, mereka menafsirkannya melalui bahasa, lalu menuangkannya dalam bentuk teks yang dapat dibaca dan dimaknai kembali oleh orang lain. Dengan demikian, hermeneutika berfungsi untuk menggali makna reflektif dari pengalaman manusia yang terwujud melalui bahasa, simbol, dan tanda-tanda kreatif lainnya.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Pada awal perkembangannya, hermeneutika digunakan sebagai metode untuk menafsirkan teks-teks klasik, dokumen keagamaan, serta naskah-naskah hukum (Rennie, 2012). Melalui pemikiran Friedrich Schleiermacher (1768–1834) dan Wilhelm Dilthey (1833–1911), cakupan hermeneutika kemudian diperluas sehingga tidak hanya terbatas pada teks keagamaan, tetapi juga mencakup semua bentuk teks yang merefleksikan pengalaman manusia. Perkembangan berikutnya terjadi melalui kontribusi para filsuf seperti Martin Heidegger (1889–1976), Hans-Georg Gadamer (1900–2002), dan Paul Ricoeur (1913–2005), yang mengarahkan hermeneutika ke arah pemikiran yang lebih filosofis dan eksistensial. Pandangan ini menandai munculnya hermeneutika kontemporer, yang tidak hanya berfokus pada metode interpretasi teks, tetapi juga pada pemahaman terhadap makna dan eksistensi manusia dalam konteks yang lebih luas.

Dalam perkembangannya, istilah hermeneutika memiliki dua makna utama: pertama, sebagai seperangkat prinsip metodologis dalam proses penafsiran; dan kedua, sebagai refleksi filosofis mengenai sifat dan kondisi dasar dari aktivitas memahami itu sendiri. Secara historis, studi sistematis mengenai penafsiran dapat ditelusuri sejak era Yunani Kuno, dimulai dari upaya menafsirkan puisi Homer pada abad keenam sebelum Masehi. Selanjutnya, hermeneutika berkembang melalui tradisi intelektual Barat dalam berbagai bentuk interpretasi terhadap teks-teks religius, filosofis, hukum, dan sastra (Grondin, 1995; Ferraris, 1996; Ramberg & Gjesdal, 2014).

Wilhelm Dilthey, sebagai sejarawan dalam tradisi hermeneutika, mencatat bahwa akar awal hermeneutika muncul pada masa Reformasi Protestan, tak lama setelah lahirnya prinsip Sila Scriptura Luther yang dikemukakan oleh Martin Luther. Namun, menurut Dilthey, semangat hermeneutika baru benar-benar terlihat dalam karya para pengikut Luther seperti Philipp Melanchthon (1497–1560) dan Flacius Illyricus (1520–1575), yang mulai menekankan pentingnya penafsiran terhadap makna teks dalam konteks historis dan manusiawi. Melalui perspektif ini, hermeneutika menegaskan bahwa setiap pemahaman selalu dipengaruhi oleh konteks historis, budaya, dan subjektivitas penafsir. Dengan demikian, hermeneutika berperan penting dalam menjembatani hubungan antara pengalaman manusia, bahasa, dan realitas sosial, serta membuka ruang bagi refleksi yang lebih mendalam tentang cara manusia memahami dan memaknai dunia di sekitarnya.

Dalam kaitannya dengan teori akuntansi, pendekatan hermeneutik digunakan untuk menafsirkan praktik, laporan, dan kebijakan akuntansi sebagai hasil dari proses sosial dan budaya yang sarat makna. Artinya, akuntansi tidak hanya dilihat sebagai sistem angka dan aturan teknis, tetapi sebagai bahasa komunikasi bisnis yang mencerminkan nilai, norma, dan interpretasi para pelaku ekonomi. Dengan demikian, hermeneutik menurut Dilthey membantu memahami bagaimana praktik akuntansi dipengaruhi oleh konteks historis, sosial, dan etika, serta bagaimana makna laporan keuangan dapat berbeda tergantung pada penafsir dan situasi yang melingkupinya.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Mengapa pemahaman hermeneutik diperlukan untuk menafsirkan nilai dan makna sosial dalam praktik akuntansi?

Dalam praktik akuntansi, angka‐angka keuangan tampak seperti bukti objektif dari kinerja ekonomi suatu entitas. Namun, di balik angka tersebut terdapat konstruksi makna sosial yang dimana para pelaku (pengurus perusahaan, auditor, pemegang saham, pemangku kepentingan lain) memahami, memberi interpretasi, dan melegitimasi angka tersebut dalam konteks sosial, budaya, dan historis mereka. Di sinilah pemahaman hermeneutik menjadi sangat penting: hermeneutik menyediakan kerangka untuk menggali makna itu, bukan sekadar menerima angka pada nilai nominalnya.

Hermeneutik menekankan bahwa interpretasi selalu terjadi dalam dialog: antara pembaca (atau pengguna laporan), teks (laporan akuntansi, kebijakan, standar), dan konteks (lingkungan organisasi, norma sosial, sejarah). Misalnya, Hans-Georg Gadamer dalam hermeneutik filosofisnya mengusulkan konsep fusion of horizons yakni penyatuan horizon interpretasi pembaca dan horizon maksud teks melalui interaksi terus-menerus. Dalam konteks akuntansi, ini berarti pembaca laporan tidak “kosong dari prasangka” (prejudices), tetapi membawa latar belakang, pengalaman, dan pemahaman mereka sendiri ketika “membaca” angka, sehingga pemahaman terjadi melalui perjumpaan dua horizon tersebut.

Lebih lanjut, hermeneutik memperkenalkan gagasan lingkaran hermeneutik (hermeneutic circle), yakni proses pemahaman yang bergerak bolak-balik antara bagian dan keseluruhan teks. Dalam akuntansi, seorang peneliti atau pembaca mungkin memulai dengan memahami pos‐pos keuangan tertentu, lalu kembali ke narasi manajemen, kebijakan pengungkapan, dan akhirnya kembali lagi ke angka untuk memperdalam tafsirannya. Dengan berulang, pemahaman makin matang dan kaya akan nuansa. Dalam aplikasi nyata penelitian akuntansi, konsep ini dimanfaatkan oleh peneliti yang menyusun wawancara dengan manajer, kemudian menafsir transkrip wawancara seolah “berdialog” dengan data dan teori yang ada, sehingga menghasilkan pemahaman yang bukan hanya deskriptif tetapi juga bermakna kritis terhadap struktur sosial dan kekuasaan dalam organisasi.

Hermeneutik juga mengingatkan kita bahwa interpretasi dalam akuntansi tidak bisa lepas dari pra‐pemahaman (pre-understandings), yakni keyakinan, nilai, dan ideologi yang telah dibawa oleh penafsir sejak awal. Misalnya, seseorang yang sangat percaya pada efisiensi pasar mungkin bercermin ke laporan keuangan dengan fokus pada ukuran laba, sedangkan orang lain yang lebih menekankan keadilan sosial bisa menyoroti aspek pengungkapan lingkungan atau kesejahteraan pekerja. Dalam interpretasi, seseorang harus kritis terhadap pra-pemahaman tersebut agar tidak membiarkan bias tersembunyi mengaburkan makna yang sesungguhnya. Studi tentang hermeneutik dalam akuntansi mengingatkan pentingnya critical reflexivity, yakni selalu menyadari batasan diri sendiri sebagai penafsir dan membuka diri terhadap makna lain dalam teks.

Di samping itu, hermeneutik juga memungkinkan kita melihat bahwa praktik akuntansi terutama dalam domain pengungkapan non-keuangan atau akuntansi sosial/lingkungan adalah wacana sosial. Laporan keberlanjutan atau laporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tidak hanya menyajikan fakta; mereka berfungsi sebagai teks persuasi dan legitimasi yang dihadapkan dengan beragam pembaca dengan harapan dan kerangka nilai berbeda. Dengan pendekatan hermeneutik, kita bisa menganalisis bagaimana perusahaan menggunakan narasi dan angka untuk membentuk kesan (image) dan membangun kepercayaan publik, serta bagaimana daya tawar atau dominasi ideologi dapat mempengaruhi makna yang diterima publik. Pendekatan ini relevan terutama ketika perusahaan menghadapi konflik nilai: apakah mereka lebih menekankan aspek keuntungan atau aspek sosial? Hermeneutik membantu menelusuri bagaimana keputusan tersebut muncul dari pertarungan makna dan nilai dalam organisasi dan masyarakat.

Contoh konkret penerapan hermeneutik dalam bidang etika profesional akuntansi dapat dilihat pada penelitian yang menggunakan hermeneutik Ricoeur dalam menafsirkan etika publik akuntan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam pemahaman etika (bukan sekadar kepatuhan) dapat menghasilkan perilaku yang sangat berbeda: akuntan yang memahami etika secara idealis akan bertindak berdasarkan nilai prinsip, sementara akuntan pragmatis cenderung membatasi etika pada kepatuhan terhadap kode dan aturan. Analisis hermeneutik menghubungkan “apa yang dipercayai” (pemahaman) dengan “apa yang dilakukan” (aksi) secara dialektis.

Dengan demikian, pemahaman hermeneutik melengkapi pendekatan teknis akuntansi dengan pendekatan interpretif yang kaya. Ia memungkinkan kita untuk menafsir angka sebagai wujud budaya, nilai, konflik, dan legitimasi sosial. Tanpa hermeneutik, kita cenderung terjebak pada pandangan bahwa angka keuangan bersifat netral dan universal, padahal praktik akuntansi selalu ditempuh oleh manusia yang membawa nilai, konteks, dan kepentingan tertentu. Dengan pendekatan hermeneutik, akuntansi bisa menjadi arena refleksi kritis yang menghubungkan angka dan kehidupan sosial secara bermakna.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Bagaimana pendekatan hermeneutik Dilthey digunakan untuk menafsirkan makna di balik laporan keuangan? 

Pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey memberikan cara pandang baru yang lebih manusiawi dalam memahami laporan keuangan. Dalam pandangan Dilthey, ilmu sosial seperti akuntansi tidak bisa hanya dipahami dengan pendekatan objektif sebagaimana ilmu alam, tetapi harus dimengerti melalui proses pemahaman (Verstehen) terhadap makna, nilai, dan pengalaman hidup (Erlebnis) yang diekspresikan manusia dalam bentuk simbol, tindakan, maupun bahasa (Ausdruck). Laporan keuangan, dengan demikian, bukanlah sekadar dokumen teknis yang berisi angka-angka dan data ekonomi, melainkan suatu teks kehidupan sosial yang mencerminkan ekspresi moral, historis, dan spiritual dari individu serta organisasi yang menyusunnya.

Dilthey menekankan bahwa setiap fenomena sosial selalu berakar pada konteks historis dan pengalaman manusia. Dalam akuntansi, hal ini berarti bahwa setiap angka dalam laporan keuangan memiliki latar belakang sosial dan keputusan manusia yang sarat nilai. Misalnya, pilihan metode akuntansi tertentu seperti konservatisme, pengakuan pendapatan, atau kebijakan depresiasi tidak muncul secara netral, melainkan dipengaruhi oleh pertimbangan moral, budaya, tekanan ekonomi, maupun ekspektasi masyarakat. Dengan demikian, memahami laporan keuangan memerlukan kepekaan interpretatif untuk menyingkap nilai-nilai kemanusiaan dan pengalaman batin yang melandasi angka-angka tersebut.

Pendekatan hermeneutik Dilthey juga menuntut adanya dialog aktif antara penafsir dan teks laporan keuangan. Dalam proses ini, penafsir (baik peneliti, auditor, maupun pembaca) tidak hanya menjadi pengamat pasif, tetapi ikut berperan sebagai subjek yang membawa pra-pemahaman, keyakinan, dan nilai tertentu. Pemahaman tidak terjadi secara instan, tetapi melalui lingkaran hermeneutik, yaitu proses bolak-balik antara bagian dan keseluruhan teks. Misalnya, analisis terhadap satu pos keuangan seperti “laba” tidak bisa dilepaskan dari pemahaman terhadap narasi manajemen, konteks industri, kondisi ekonomi makro, maupun sejarah kebijakan perusahaan. Begitu pula sebaliknya, pemahaman terhadap keseluruhan laporan akan semakin tajam jika kita menelaah bagian-bagian yang spesifik dan penuh makna.

Dalam konteks ini, hermeneutik Dilthey mengajak pembaca laporan keuangan untuk melihat angka sebagai ekspresi kehidupan manusia, bukan sekadar data kuantitatif. Angka laba, misalnya, tidak hanya menunjukkan keberhasilan finansial, tetapi juga mencerminkan nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan distributif. Laporan keuangan menjadi semacam “narasi eksistensial” yang menggambarkan bagaimana organisasi menjalani kehidupannya, menghadapi tantangan, dan membangun relasi sosial dengan pemangku kepentingan. Pendekatan ini juga membuka ruang untuk menafsirkan bagaimana nilai spiritual dan etika profesi akuntansi terwujud dalam tindakan nyata seperti transparansi, akuntabilitas, dan integritas pelaporan.

Selain itu, Dilthey menegaskan bahwa pemahaman sejati hanya bisa dicapai melalui empati (Einfühlung) terhadap pengalaman batin pihak yang diekspresikan dalam teks. Dalam konteks laporan keuangan, hal ini berarti pembaca harus berusaha memahami realitas organisasi dari dalam menghidupkan kembali pengalaman, tekanan, dan tanggung jawab moral yang dirasakan oleh para penyusun laporan. Dengan cara ini, pemahaman terhadap laporan keuangan menjadi lebih kaya, karena tidak berhenti pada “apa” yang dilaporkan, tetapi menelusuri “mengapa” dan “bagaimana” keputusan tersebut dibuat.

Dengan demikian, pendekatan hermeneutik Dilthey memperluas fungsi akuntansi dari sekadar alat pengukuran ekonomi menjadi sarana refleksi sosial dan moral. Laporan keuangan bukan hanya dokumen administratif, melainkan cermin yang memperlihatkan bagaimana manusia mengekspresikan tanggung jawab, nilai, dan spiritualitasnya dalam ranah ekonomi. Melalui pemahaman hermeneutik, kita belajar bahwa setiap angka adalah hasil dialog antara fakta ekonomi dan makna kemanusiaan. Oleh karena itu, menafsirkan laporan keuangan secara hermeneutik berarti berupaya memahami kehidupan manusia yang tercermin di dalamnya kehidupan yang dinamis, penuh nilai, dan terus berinteraksi dengan sejarah serta masyarakatnya.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Contoh Kasus PT Garuda Indonesia (2018): Manipulasi Laba dan Makna Etika Pelaporan dalam Perspektif Hermeneutik Wilhelm Dilthey

Kasus PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018 menjadi salah satu peristiwa penting dalam dunia akuntansi di Indonesia yang dapat dijelaskan secara mendalam melalui pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey. Dalam kasus ini, Garuda Indonesia melaporkan laba bersih sebesar USD 809 ribu dalam laporan keuangan tahun 2018. Namun setelah diselidiki oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), ditemukan adanya rekayasa pencatatan pendapatan yang seharusnya belum dapat diakui sesuai standar akuntansi (PSAK 23). Pendapatan tersebut berasal dari perjanjian kerja sama dengan Mahata Aero Teknologi yang belum terealisasi secara penuh.

Secara teknis, tindakan ini dikategorikan sebagai pelanggaran prinsip akuntansi (misstatement). Namun jika dilihat dari pendekatan hermeneutik Dilthey, masalah ini tidak semata-mata soal salah saji laporan keuangan, tetapi merupakan ekspresi dari nilai, tekanan sosial, dan pengalaman batin manajemen dalam situasi tertentu. Dalam istilah Dilthey:

  • Erlebnis (pengalaman hidup): menggambarkan pengalaman psikologis dan sosial manajemen Garuda yang menghadapi tekanan besar, baik dari pemerintah sebagai pemegang saham, publik, maupun investor untuk menunjukkan bahwa kinerja perusahaan telah membaik setelah periode kerugian sebelumnya.
  • Ausdruck (ekspresi): tindakan melaporkan laba bukan sekadar hasil teknis, tetapi ekspresi simbolik dari harapan dan tekanan sosial tersebut. Laporan keuangan menjadi alat komunikasi yang mengekspresikan optimisme, legitimasi, dan citra keberhasilan di mata publik.
  • Verstehen (pemahaman): bagi penafsir, laporan keuangan ini perlu dipahami sebagai teks sosial yang mengandung pesan moral, bukan hanya angka. Pemahaman hermeneutik menuntut pembaca untuk mengaitkan teks (laporan keuangan) dengan konteks kehidupan sosial, ekonomi, dan moral perusahaan saat itu.

Dengan demikian, pendekatan hermeneutik menolong kita memahami bahwa tindakan manipulasi laba bukan hanya bentuk penyimpangan akuntansi, tetapi juga simbol dari benturan nilai antara etika profesi dan tekanan ekonomi. Dalam konteks ini, laporan keuangan Garuda dapat dilihat sebagai teks moral yang gagal menyeimbangkan antara tanggung jawab sosial dan kepentingan ekonomi.

Pendekatan hermeneutik Dilthey juga mengajarkan bahwa pemahaman terhadap suatu fenomena sosial harus dilakukan dalam kerangka kesejarahan (historicity). Artinya, peristiwa manipulasi laporan keuangan Garuda harus dilihat dalam konteks waktu dan budaya organisasi yang melingkupinya. Saat itu, Garuda tengah berjuang memperbaiki citra setelah mengalami kerugian bertahun-tahun dan menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk publik dan pemerintah. Maka, muncul dorongan untuk “menampilkan harapan” melalui laporan keuangan yang tampak positif.

Jika ditafsirkan lebih dalam, peristiwa ini menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak netral secara moral. Ia adalah hasil interpretasi manusia yang membawa nilai, harapan, dan bahkan ketakutan. Dalam konteks hermeneutik Dilthey, setiap angka mencerminkan “jiwa organisasi” bagaimana manusia di dalamnya memahami tanggung jawab, kebenaran, dan makna kesuksesan. Oleh sebab itu, memahami laporan keuangan Garuda berarti memahami pergulatan moral dan sosial di baliknya, bukan sekadar menilai apakah angka tersebut sesuai PSAK atau tidak.

Pendekatan hermeneutik juga memberi pesan reflektif: laporan keuangan yang baik bukan hanya benar secara teknis, tetapi juga jujur secara moral. Dalam dunia akuntansi modern, ini menjadi tantangan besar yang dimana bagaimana menjaga agar pelaporan keuangan tetap menjadi cermin kejujuran, bukan sekadar alat pencitraan atau pemenuhan target ekonomi.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Kesimpulan

Pendekatan hermeneutik, khususnya menurut Wilhelm Dilthey, memberikan pemahaman yang mendalam bahwa akuntansi bukan sekadar sistem teknis untuk mencatat transaksi, melainkan suatu praktik sosial yang mencerminkan pengalaman hidup, nilai, dan makna kemanusiaan di balik angka-angka laporan keuangan. Melalui konsep Erlebnis (pengalaman hidup), Ausdruck (ekspresi), dan Verstehen (pemahaman), Dilthey menegaskan bahwa laporan keuangan harus dipahami sebagai teks sosial yang lahir dari konteks historis, moral, dan budaya organisasi. Seperti contoh yang saya berikan yaitu kasus PT Garuda Indonesia (2018) menunjukkan bagaimana tekanan sosial dan ekonomi dapat memengaruhi keputusan pelaporan, sehingga angka laba tidak lagi netral, tetapi menjadi simbol dari benturan antara etika dan kepentingan ekonomi. Dengan demikian, pendekatan hermeneutik menegaskan pentingnya memaknai laporan keuangan secara reflektif dan manusiawi, bahwa kejujuran dan tanggung jawab moral merupakan inti dari praktik akuntansi yang sesungguhnya, bukan sekadar kepatuhan terhadap standar teknis.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
 

DAFTAR PUSTAKA

Sagara, Y. (2019). Teori Akuntansi (Studi Deskriptif Praktik Akuntansi Barat dan Akuntansi Timur). In NBER Working Papers. http://www.nber.org/papers/w16019

Yudi (2023). Interpretive Paradigms in Accounting Research Methodology: A Philosophy of Science Approach – Gadamer’s Hermeneutics. Journal of Research and Community Service. 4 (11), 2185-2194.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun