Mohon tunggu...
Indri Mairani
Indri Mairani Mohon Tunggu... NIM: 43223010163 | Program Studi: S1 Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Saya adalah seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana Jakarta. Hobi yang saya gemari adalah membaca buku fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

11 Oktober 2025   22:15 Diperbarui: 11 Oktober 2025   22:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Contoh Kasus PT Garuda Indonesia (2018): Manipulasi Laba dan Makna Etika Pelaporan dalam Perspektif Hermeneutik Wilhelm Dilthey

Kasus PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018 menjadi salah satu peristiwa penting dalam dunia akuntansi di Indonesia yang dapat dijelaskan secara mendalam melalui pendekatan hermeneutik Wilhelm Dilthey. Dalam kasus ini, Garuda Indonesia melaporkan laba bersih sebesar USD 809 ribu dalam laporan keuangan tahun 2018. Namun setelah diselidiki oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), ditemukan adanya rekayasa pencatatan pendapatan yang seharusnya belum dapat diakui sesuai standar akuntansi (PSAK 23). Pendapatan tersebut berasal dari perjanjian kerja sama dengan Mahata Aero Teknologi yang belum terealisasi secara penuh.

Secara teknis, tindakan ini dikategorikan sebagai pelanggaran prinsip akuntansi (misstatement). Namun jika dilihat dari pendekatan hermeneutik Dilthey, masalah ini tidak semata-mata soal salah saji laporan keuangan, tetapi merupakan ekspresi dari nilai, tekanan sosial, dan pengalaman batin manajemen dalam situasi tertentu. Dalam istilah Dilthey:

  • Erlebnis (pengalaman hidup): menggambarkan pengalaman psikologis dan sosial manajemen Garuda yang menghadapi tekanan besar, baik dari pemerintah sebagai pemegang saham, publik, maupun investor untuk menunjukkan bahwa kinerja perusahaan telah membaik setelah periode kerugian sebelumnya.
  • Ausdruck (ekspresi): tindakan melaporkan laba bukan sekadar hasil teknis, tetapi ekspresi simbolik dari harapan dan tekanan sosial tersebut. Laporan keuangan menjadi alat komunikasi yang mengekspresikan optimisme, legitimasi, dan citra keberhasilan di mata publik.
  • Verstehen (pemahaman): bagi penafsir, laporan keuangan ini perlu dipahami sebagai teks sosial yang mengandung pesan moral, bukan hanya angka. Pemahaman hermeneutik menuntut pembaca untuk mengaitkan teks (laporan keuangan) dengan konteks kehidupan sosial, ekonomi, dan moral perusahaan saat itu.

Dengan demikian, pendekatan hermeneutik menolong kita memahami bahwa tindakan manipulasi laba bukan hanya bentuk penyimpangan akuntansi, tetapi juga simbol dari benturan nilai antara etika profesi dan tekanan ekonomi. Dalam konteks ini, laporan keuangan Garuda dapat dilihat sebagai teks moral yang gagal menyeimbangkan antara tanggung jawab sosial dan kepentingan ekonomi.

Pendekatan hermeneutik Dilthey juga mengajarkan bahwa pemahaman terhadap suatu fenomena sosial harus dilakukan dalam kerangka kesejarahan (historicity). Artinya, peristiwa manipulasi laporan keuangan Garuda harus dilihat dalam konteks waktu dan budaya organisasi yang melingkupinya. Saat itu, Garuda tengah berjuang memperbaiki citra setelah mengalami kerugian bertahun-tahun dan menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk publik dan pemerintah. Maka, muncul dorongan untuk “menampilkan harapan” melalui laporan keuangan yang tampak positif.

Jika ditafsirkan lebih dalam, peristiwa ini menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak netral secara moral. Ia adalah hasil interpretasi manusia yang membawa nilai, harapan, dan bahkan ketakutan. Dalam konteks hermeneutik Dilthey, setiap angka mencerminkan “jiwa organisasi” bagaimana manusia di dalamnya memahami tanggung jawab, kebenaran, dan makna kesuksesan. Oleh sebab itu, memahami laporan keuangan Garuda berarti memahami pergulatan moral dan sosial di baliknya, bukan sekadar menilai apakah angka tersebut sesuai PSAK atau tidak.

Pendekatan hermeneutik juga memberi pesan reflektif: laporan keuangan yang baik bukan hanya benar secara teknis, tetapi juga jujur secara moral. Dalam dunia akuntansi modern, ini menjadi tantangan besar yang dimana bagaimana menjaga agar pelaporan keuangan tetap menjadi cermin kejujuran, bukan sekadar alat pencitraan atau pemenuhan target ekonomi.

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 
Dokumen Modul oleh Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG. 

Kesimpulan

Pendekatan hermeneutik, khususnya menurut Wilhelm Dilthey, memberikan pemahaman yang mendalam bahwa akuntansi bukan sekadar sistem teknis untuk mencatat transaksi, melainkan suatu praktik sosial yang mencerminkan pengalaman hidup, nilai, dan makna kemanusiaan di balik angka-angka laporan keuangan. Melalui konsep Erlebnis (pengalaman hidup), Ausdruck (ekspresi), dan Verstehen (pemahaman), Dilthey menegaskan bahwa laporan keuangan harus dipahami sebagai teks sosial yang lahir dari konteks historis, moral, dan budaya organisasi. Seperti contoh yang saya berikan yaitu kasus PT Garuda Indonesia (2018) menunjukkan bagaimana tekanan sosial dan ekonomi dapat memengaruhi keputusan pelaporan, sehingga angka laba tidak lagi netral, tetapi menjadi simbol dari benturan antara etika dan kepentingan ekonomi. Dengan demikian, pendekatan hermeneutik menegaskan pentingnya memaknai laporan keuangan secara reflektif dan manusiawi, bahwa kejujuran dan tanggung jawab moral merupakan inti dari praktik akuntansi yang sesungguhnya, bukan sekadar kepatuhan terhadap standar teknis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun