Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Gaduh

26 September 2018   09:09 Diperbarui: 26 September 2018   17:12 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Limbuk terkantuk-kantuk. Secangkir kopi menjadi saksi percakapan sunyi. Limbuk mulai mendengkur, lelap tertidur. Secangkir kopi menjadi saksi, ruh melayang ke alam mimpi.

*

Kemenangan itu semu.
Kerumunan pecundang gegap gempita mencabik kemanusiaan.
Muda perkasa dalam gerombolan, terbirit bila sendiri.
Ratusan pasang mata tanpa nurani.

Jadikan satu nyawa seharga umbul-umbul semata.
Jalma tertinggi sebatas sosok nir budi.
Mesin penggilas peradaban,
Beringas, ganas ciptakan nahas demi nahas.

*

Kau korban, kami pahlawan.
Kau pandir, kami pemikir.


Kau pendosa, kami pengawal gerbang surga.
Dia penista kitab Sang Dewa, maka kau mesti binasa.

Telan saja.

*

Kami berhak menamatkan lembar kisahmu.
Jangan pertanyakan itu, mau kami -- aku, aku, aku.
Aku mengambil hakmu, kami mau -- aku, aku, aku.
Korupsi? Itu penyelamatan uang pajakmu oleh kami.
Wacana? Akui saja kepakaranku -- menggantang laut di udara.

Telanlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun