Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kesalahan Dasar Fresh Graduate dalam Mengelola Keuangan di Awal Kerja

19 Juli 2021   21:53 Diperbarui: 20 Juli 2021   23:13 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keuangan fresh graduate saat awal karir | Sumber: Thinkstock via money.kompas.com

Saya teringat saat di mana pertama kali merantau ke Jakarta karena diterima kerja di perusahaan swasta. Saat itu saya hanya bermodalkan 800 ribu ke Jakarta.

Tidaklah besar memang bagi anak perantau yang belum banyak tahu seluk beluk hidup di ibu kota. Apakah cukup uang segitu untuk bertahan hidup apalagi saya baru merintis karir dan pasti banyak kebutuhan. 

Bersyukurlah saya memiliki adik perempuan yang sejak kuliah hingga kerja tinggal di Jakarta. Saya pun menumpang beberapa hari sebelum mencari kos untuk tempat tinggal.

Tiga bulan adalah masa-masa terberat merantau karena gaji terasa pas-pasan dan belum menemukan ritme gaya hidup yang pas. Barulah bulan keempat saya bisa stabil dan mulai bisa menyisihkan gaji untuk ditabung. 

Nasib berbeda dirasakan oleh junior saya yang juga merantau dari luar pulau ke Jakarta. Sebagai fresh graduate, dia pun berusaha berjuang hidup di tanah perantauan tanpa sanak saudara. 

Jika saya bulan keempat sudah bisa mengatur finansial justru junior saya ini hingga 1 tahun belum mampu mengelola keuangan dengan baik. 

Dirinya yang menumpang di kos teman kerja agar bisa menghemat pengeluaran justru terjebak dalam lika-liku gali lubang tutup lubang. Padahal gaji yang diterimanya jauh lebih besar dari yang saya terima di awal bekerja. 

Ternyata nasib junior saja banyak juga dialami oleh mereka yang baru lulus sekolah atau kuliah dan merantau ke ibu kota. Gaji UMR yang dirasa cukup namun justru habis di pertengahan bulan. 

Seiring waktu saya mencoba mengamati apa kesalahan mendasar yang dilakukan oleh junior dan beberapa orang perantau fresh graduate sehingga mereka tetap merasa kekurangan meski mendapatkan gaji yang lumayan. 

Ternyata ada beberapa kesalahan yang terkesan sama dan banyak dilakukan oleh fresh graduate ketika meniti awal karir, apa saja itu? 

1. Mencari Akomodasi Senyaman Mungkin

Ini pernah terjadi pada teman saya. Diterima di sebuah farmasi di rumah sakit di Denpasar. Gaji yang diterima kurang lebih 3 juta di mana UMK Denpasar pada 2020 masih 2,7 juta. Artinya gaji yang diterima sudah melebihi UMK dan bisa hidup dengan layak. 

Nyatanya teman saya ini terlalu sering meminjam uang dengan alasan gaji yang diterima tidak cukup. Sejujurnya saya cukup bingung dan meminta dirinya merinci pengeluaran bulanan rutin selama ini.

Barulah saya paham bahwa setengah gajinya digunakan untuk membayar kos yang tergolong ekslusif. Wajarlah jika uangnya lebih cepat habis karena bagi saya untuk tempat tinggal sebaiknya jangan melebihi seperempat gaji. 

Tujuannya agar keuangan bisa digunakan untuk yang lebih urgensi misalkan makan, transportasi ke kantor, tabungan dan sebagainya. 

Alasan cukup menohok disampaikan oleh teman saya di mana dirinya sengaja memilih kos ekslusif agar bisa tidur dengan nyaman dan sudah ada perabotan lengkap seperti TV, kulkas dan spring bed. 

Seorang Karyawan Yang Kehabisan Uang. Sumber Riri Kusnadi
Seorang Karyawan Yang Kehabisan Uang. Sumber Riri Kusnadi

Padahal kos hanya digunakan untuk istirahat pulang kerja dan sebagian aktivitas produktif dihabiskan di tempat kerja. 

Bagi saya ini adalah kesalahan mendasar yang sering dilakukan perantau pemula. Terbiasa hidup nyaman akan menjadi standar yang harus didapat selama merantau. Akomodasi berada pada prioritas pertama dalam hidupnya meski dirinya sadar itu akan menguras gajinya. 

2. Antusias Mengambil Cicilan

Tidak dipungkiri bahwa ketika sudah bekerja, kita seakan bangga telah memiliki penghasilan sendiri. Wajar jika gaji digunakan untuk memuaskan kebutuhan dan gaya hidup. 

Ada kasus di mana seorang karyawan baru yang juga baru lulus kuliah sangat antusias mendapatkan gaji pertamanya. Namun saya menyayangkan dirinya kurang bijak menggunakan gaji yang diterima.

Orang ini langsung mengambil gadget Iphone keluaran terbaru yang harganya bisa 3 kali lipat gajinya dengan sistem kredit. Lebih bikin geleng-geleng kepala di mana dirinya juga langsung mengambil kredit motor. 

Saya pun sudah menduga apa yang akan terjadi. Setelah berjalan beberapa bulan, dirinya mengeluh gaji terasa cepat habis dan kini pusing membayar cicilan dengan masa pinjaman yang cukup lama. 

Gaji di awal kerja memang seakan menjadi penyemangat karena kita mendapatkan upah sesuai dengan hasil kerja keras. Namun rasanya kurang bijak jika kita langsung kalap mata ingin membeli barang sekaligus padahal kondisi keuangan belum stabil.

3. Gaji Pertama Habis Untuk Mentraktir

Ada saja tingkah para karyawan fresh graduate. Kadangkala mereka ingin berbagi rasa syukur karena diterima bekerja dengan mendedikasikan gaji pertama untuk mentraktir orang terdekat, keluarga atau pasangan. 

Tidaklah salah karena tipe ini ingin merasakan kebahagian pada mereka yang memberi support. Namun jika gaji sepenuhnya didedikasikan untuk hal ini kok seakan bukan cara bijak. 

Mentraktir bisa jadi hanya kebahagiaan sesaat namun setelah acara berakhir. Kita akan dihadapkan bagaimana bertahan hidup dengan gaji yang tersisa. Jangan sampai muncul istilah Gaji 1,3 artinya tanggal 1 gajian, tanggal 3 sudah habis. 

Jika kondisi ini terjadi maka bersiaplah 27 hari akan berakhir dengan sengsara, makan seadanya dan seirit mungkin atau justru mulai pusing meminjam uang untuk bertahan hidup hingga gaji berikutnya. 

4. Adanya Mindset Gaji Itu Harus Dihabiskan

Masih ada seseorang yang memiliki mindset tersebut dengan pandangan bahwa gaji yang diterima haruslah dihabiskan. Memang  tipe karyawan ini tergolong orang yang menikmati hidup. 

Dirinya mengganggap bahwa gaji bulan ini haruslah dihabiskan, bulan depan toh masih dapat gaji lagi. Jika sobat Kompasiana khususnya karyawan berstatus fresh graduate memiliki mindset seperti ini, pernahkah memiliki banyangan terburuk. 

"Jikalau tiba-tiba saya sakit apakah saya sudah memiliki tabungan untuk berobat? "

"Jikalau tiba-tiba orang tua, kakak atau adik meminta uang untuk kebutuhan mendesak. Bisakah kita memberikannya dengan segera? "

Karyawan yang memiliki mindset gaji harus dihabiskan maka secara otomatis dirinya tidak memiliki tabungan atau investasi jangka panjang. Padahal kita perlu memiliki tabungan, investasi atau sumber pendapatan lain jikalau ada kebutuhan mendesak. 

Mereka yang bersifat konsumtif cenderung tidak memikirkan masa panjang. Pokoknya hari ini adalah hari ini, besok adalah urusan besok. 

Kondisi ini selain membuat kondisi finansial tidak sehat juga berpotensi terjadinya depresi jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dan membutuhkan dana segera. 

***

Sejujurnya setiap orang khususnya mereka yang baru bekerja setelah lulus memiliki hak bagaimana mengelola keuangannya. Namun sangat disayangkan banyak di antara karyawan ini lebih menyukai bertindak konsumtif dibandingkan memikirkan jangka panjang.

Empat kesalahan mendasar ini sangat sering saya temukan di sekitar tempat kerja atau lingkungan sosial. Kesalahan yang tidak hanya akan merugikan diri sendiri namun juga menyusahkan orang lain terutama yang sering dipinjamkan atau direpotkan oleh mereka yang tidak pintar mengatur finansial. 

Jangan sampai kecerobohan mengatur finansial berujung penyesalan karena sudah bekerja bertahun-tahun seakan tidak ada hasilnya. Padahal teman yang seusia atau selevel dengan dirinya sudah memiliki tabungan banyak, investasi atau aset jangka panjang. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun