Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Golkar Sumbar Usai Pemilu Terburuk Sejak 1971

10 Juli 2020   07:06 Diperbarui: 10 Juli 2020   07:12 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangat Bojong Kokosan... Dokumentasi pribadi

Presiden Soeharto hadir bersama 9 menteri dan 11 gubernur dalam rangka memberikan penghargaan Parasamsya Purna Karya Nugraha kepada Gubernur Sumbar Ir Azwar Anas dan Prayojanakriya Parasamnya Purna Karya Nugraha kepada Gubernur Jawa Timur Wahono dan Gubernur Jawa Tengah Ismail, di hadapan lebih dari 20.000 orang. Tak sampai di situ, lima tahun berikutnya, Sumbar pun mampu meraih Prayojanakriya Parasamnya Purna Karya Nugraha, yakni raihan yang berturut-turut dari Parasamnya Purna Karya Nugraha.

Apa catatan keberhasilan Sumbar dalam Pelita III?

Dari hanya 181 buah Lumbung Pitih Nagari, menjadi sekitar 500 buah. Pemasukan devisa negara dari ekspor non migas di Sumbar mencapai 119 Juta Dollar USA. Tentu yang masih diingat banyak anak-anak sekolah, ABRI Masuk Desa I sampai XV yang mengakrabkan Jenderal M Yusuf. Setiap peringatan Supersemar, kami di sekolah mengadakan drama seputar peristiwa itu, tentu dengan banyak siswa memilih jadi M Yusuf.

Dalam tahun-tahun itu juga, lulusan-lulusan terbaik sekolah menengah atas di seluruh Sumatera Barat, berhasil masuk ke perguruan tinggi paling hebat, baik di dalam atau luar negeri. Tak ada rasa gentar sama sekali berhadapan dengan siswa-siswi lulusan sekolah-sekolah terbaik di kota-kota besar, seperti Jakarta atau Bandung.

Dalam sepuluh tahun yang penuh prestasi itu, termasuk banyak jumlah menteri asal Sumbar yang mengisi Kabinet Pembangunan, baru pengaruh (anak) Partai Masyumi -- yang ditunjukan dengan kemenangan PPP terutama di Kota Padang -- perlahan bisa menyusut. Tentu tak lupa penulis perlu menyebut Aisyah Amini sebagai maha srikandi paling brilian dari politisi asal Minang dalam masa Orde Baru itu.

Nah, bagaimana era baringin gadang di tangah kampuang itu bisa kembali diraih oleh kader Golkar dalam millenium ketiga?

Sejak pilkada dihelat, bisa dikatakan hanya Marlis Rahman yang bisa disebut sebagai Gubernur Golkar. Itupun bukan sebagai gubernur lewat pilkada, melainkan posisi pengganti Gamawan Fauzi yang diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri pada tahun 2009. Dalam tiga kali pilgub, kader yang diusung Golkar kalah. Penulis tentu mengikuti dari dekat, mulai dari Pilgub 2005 dengan menjadi the lone ranger alias gerilyawan kesepian kala mengusung Jeffrie Geovanie. Dalam Pilgub 2005 Golkar mengusung Leonardy Harmaini (kini anggota Dewan Perwakilan Daerah RI asal Sumbar), 2010 menyalonkan Marlis Rahman -- lalu penulis kedapatan pers ikut kampanye untuk Muslim Kasim --, plus lima tahun lalu 2015 Muslim Kasim.

Guna mendapatkan tiket untuk Muslim Kasim tahun 2015, penulis sampai "menerobos" masuk ke ruang kerja Ketua Umum Partai Hanura Wiranto yang sudah tanda-tangan untuk kandidat yang lain.

"Indra tahu, saya sebagai Ketua Umum partai tidak mungkin mengubah lagi nama-nama yang sudah saya tanda-tangani untuk posisi Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Sumbar," ujar Wiranto. Penulis tak patah arang, padahal Muslim Kasim (almarhum) dan Sadiq Passadiqoe yang waktu itu menghadap, sudah kehabisan akal.

Penulis ikut terlibat dalam proses penunjukan Ali Mukhni sebagai Calon Bupati Padang Pariaman dan Indra Catri sebagai Calon Bupati Agam pada 2010. Dalam rapat yang diadakan di Wisma Bakrie I itu, bahkan penulis ikut bicara yang lantas disetujui Ketua Umum Aburizal Bakrie. Andi Ahmad Dara, Ketua Pemenangan Pemilu Sumatera I, sampai menegur penulis malam harinya, berhubung penulis bukan peserta rapat. Status penulis saat itu hanya sebagai Staf Ketua Umum DPP Partai Golkar, bersama Nurul Arifin. Maklum orang baru di partai, penulis tidak begitu paham tatacara kapan bisa bicara, kapan hanya memantau saja dari dekat.

Kini? Ali Mukhni sudah pindah partai. Indra Catri pun demikian tampaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun