Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kesenangan Itu Abadi

21 Agustus 2021   11:51 Diperbarui: 21 Agustus 2021   11:59 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebatang pensil menggambar ikan di angkasa. (Gambar: CDD20 Via Pixabay)

Ya, tentangmu lagi. Kerinduan tercecer di labirin masa. Bilangan hari berselimut minggu-minggu tanpa membaca. Sebait puisi. Seutas cerita. Gubahan dari pikiran liarmu tentang kehidupan tanpa kacamata. 

Kutahu kau belum habis kata-kata. Terlebih tanda bahaya masih menyala. Di batas imaji engkau merenda frasa. "Uda, 'kepak sayap' sudah laku di baliho besar calon penguasa." 

Lekas-lekas, angkat pena yang hampir tenggelam dalam bak tinta!

Becermin di tetesan embun, bermandi kabut menari-nari. Berputar-putar, karena tak pernah mau mengambil jalan pintas. Lantas, terbenam di selasar titik dan koma. Di hutan mana, engkau berkutat sunyi. Bernyanyi di beranda, menghibur tanaman?

Aku hanya menapaki jejakmu. Kaubilang, bahwa mengolah kata itu menyenangkan. Lantas, kenapa orang-orang yang menasbihkan dirinya pujangga, kini hilang tanpa tanda tanya. "Haus kasih sayang?" 

Dan merangkai bait-bait puisi, bukanlah mengais puja-puji atau materi. Bila harga dari secarik puisi adalah ketulusan. Maka, ketulusan tidak mengenal "tetap" tuntutan atau keluhan, bukan? Harusnya, masih ada masa bersenang-senang.

Tangerang, 21 Agustus 2021

Indra Rahadian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun