Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Sandwich dan Dana Pensiun

8 Juni 2025   06:08 Diperbarui: 8 Juni 2025   06:08 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi sandwich dan dana pensiun (Sumber: Pexel/Mart Production)

Generasi sandwich adalah istilah untuk menggambarkan orang di usia 30-50 tahun yang secara simultan memiliki tanggungjawab finansial dan emosional terhadap generasi di atasnya (orang tua/kakek nenek) dan di bawahnya (anak/cucu). Istilah ini muncul sejak tahun 1981 oleh Dorothy A Miller, pekerja sosial asal Amerika Serikat. 

Fenomena generasi sandwich muncul disebabkan oleh semakin tinggi angka harapan hidup, usia yang telat saat memiliki anak, kesulitan ekonomi sehingga anak-anak masih bergantung pada orang tua di usia dewasa, dan kurangnya fasilitas yang terjangkau untuk para lansia.

Meskipun ternyata istilah generasi sandwich sudah muncul sejak tahun 80an, namun istilah itu jadi lebih viral lagi selama tiga-empat tahun ini di Indonesia. Mungkin hal ini dikarenakan kondisi generasi sandwich di Indonesia tidak dianggap masalah oleh masyarakat yang terbiasa dengan kondisi tersebut. Apalagi orang Indonesia dikenal dengan slogan-slogan yang mengutamakan kebersamaan seperti contohnya orang Jawa mengenal "mangan ora mangan asal ngumpul" (makan tidak makan yang penting kumpul). 

Kewajiban bertanggungjawab pada orang tua dan anak juga diemban tanpa banyak mengeluh karena ajaran agama manapun menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut dapat menjadi sarana meningkatkan iman dan mendapatkan pahala.

Agama Islam misalnya, menegaskan konsep birrul walidain yaitu berbuat baik atau berbakti pada orang tua. Sebaliknya, pengasuhan anak juga dijelaskan secara detail dalam Alquran surat Lukman.

So, meskipun dalam impitan ekonomi dan kesusahan, menjadi generasi sandwich bukan pilihan, namun merupakan takdir yang harus dijalani dengan penuh rasa syukur.

Berbicara soal dana pensiun untuk generasi sandwich merupakan hal yang penting. Finansial dan emosional yang terkuras untuk dua generasi seringkali membuat generasi sandwich tidak cukup menyisihkan dana untuk dirinya sendiri. Bahkan mungkin sering tidak memikirkan tentang hal ini.

Solusi terhadap dana pensiun adalah penghasilan yang besar. Yang bisa disisihkan untuk berbagai keperluan termasuk dana pensiun. Karena menjadi generasi sandwich adalah sebuah keniscayaan khususnya di Indonesia, maka pemahaman akan pentingnya memiliki dana besar sudah harus tertanam sejak seseorang berusia muda.

Jika seseorang bekerja dan memiliki akses terhadap dana pensiun (misalnya menjadi PNS atau pegawai swasta di perusahaan bonafide), maka sebagai orang tua dia tidak akan terlalu merepotkan anaknya kelak, dan sebagai anak tidak akan merepotkan orang tuanya. Jadi memiliki pekerjaan adalah merupakan keharusan. Jangan menjadi orang yang tergantung secara finansial pada orang lain walaupun itu pasangan sendiri.  

Dengan memiliki penghasilan, ada uang yang bisa dikelola untuk berbagai kebutuhan. Berapa yang harus dianggarkan untuk orang tua setiap bulan/tahunnya, berapa biaya sekolah dan kebutuhan lain anak, dan berapa yang disimpan untuk dana pensiun.

Saya sebagai generasi sandwich cukup terbantu karena orang tua saya (ayah) dulu merupakan pegawai dan memiliki pensiun. Secara finansial, orang tua dapat menghidupi diri sendiri. Hanya pada kondisi tertentu seperti saat ada yang sakit, kami anak-anaknya bergotong-royong menyelesaikan kebutuhan dana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun