Mohon tunggu...
Indah Maharani
Indah Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

La leçon particulière

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gurat

1 April 2023   20:38 Diperbarui: 1 April 2023   21:10 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

GURAT 

WRITTEN BY INDAH MAHARANI

Untuk Info : Ini adalah sebuah naskah film pendek yang saya buat. Berikut link film : https://youtu.be/_SFE3MwEyuE

Pada 1989

ACT 1

EXT. JALAN MENUJU SEKOLAH - DAY
 
BACKSOUND : ANGIN KENCANG -- NOH SALLEH

Pagi itu, Baswara mengayuh sepeda ontel kesayangannya dengan sunggingan bibir (senyum) mempesona. Tak lama, Bas melihat seorang gadis di pinggir jalan yang sepedanya rusak. Sedangkan waktu masuk sekolah sudah sebentar lagi.
(lagu mengecil) Baswara menghentikan kayuhannya di samping Puspa.

Baswara: Sepedamu rusak?

(Puspa melirik)

Puspa: (mengangguk) iya.

Baswara: (menoleh ke belakang) sepedaku sepertinya masih kosong. (melihat jam tangannya) Lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

Puspa: Tidak apa-apa, terimakasih.

Baswara:(mengangguk-angguk) Baiklah. Ngomong-omong namaku  Baswara. (memberikan tangan untuk dijabat)

Puspa hanya melihat tangan Bas, tanpa membalas jabatannya. Baswara menarik kembali tangannya. Ia lalu mengayuh sepedanya. Namun, baru beberapa kayuhan, Puspa memanggil.

Puspa : Baswara.. (wajahnya terlihat sedikit tegang)

Baswara menghentikan sepedanya dan menoleh kebelakang sambil tersenyum. Puspa menghampiri Baswara.  

Baswara: Naiklah.

Puspa: Aku Puspa. (menaiki sepeda Baswara)

Baswara: Baiklah nona Puspa. Tolong pegangan. Aku akan mengebut.

EXT. KOPSIS - DAY

Baswara menghampiri Naya, sahabat Puspa.

Baswara: Nay nay..

Naya: Eh.. kamu Bas. Ada apa?

Baswara: emm.. aku ingin bertanya. (hening sejenak) Puspa temanmu?

Naya: (mengerutkan kening) Iya? Kenapa?

Baswara: Kok aku tidak pernah melihatnya di sekolah? Apa dia murid baru?

Naya: Tiidakkk.... Dia memang seperti itu. Mungkin kamu saja yang tidak pernah melihatnya.

Baswara: Hm.. Boleh aku tahu soal dia? Emm maksudku.. (terlihat kikuk)

Naya : ahhh.. kamu naksir dia yaa??

Baswara: emm.. ti tidak. Aku aku hanya ingin tahu saja.

Naya: Hahaha cari tahu saja sendiri. (pergi meninggalkan Bas)

Baswara: Heyyy....

CUT TO
EXT. SORE -- GERBANG SEKOLAH
PULANG SEKOLAH

Baswara menghampiri Puspa.

Baswara: Puspa.. mau pulang bersamaku?

Puspa: Tidak apa-apa aku bisa berjalan. Oh iya, Naya bilang kamu menanyaiku, ada apa?

Baswara: Tidak apa-apa. Puspa, mari berteman. (mengulurkan tangannya)

Puspa: (langkah puspa terhenti sejenak) berteman bukan hal yang mudah, Bas. (tersenyum dan melanjutkan langkahnya).

INT. WARUNG KOPI - SORE
Baswara memasuki warung kopi langganannya. Bak pucuk di cinta ulampun tiba. Baswara melihat Puspa sedang duduk membaca di dalam kopishop itu.

Baswara: Puspa?

Puspa menghentikan sejenak sesi membacanya yang menyenangkan itu.

Puspa: (sedikit kebingungan) Kamu?

Baswara: kamu sering kesini juga?

Puspa: Iya, kamu juga?

Baswara: Iya, tapi aku jarang minum di tempat. Tapi.. sepertinya sekarang aku ingin. Boleh aku duduk?

Puspa: Silahkan.

Baswara: Terimakasih. A kopi moka nya satu ya. (sedikit berteriaksambil duduk)

Lenggang.

Baswara: Baca Bekisar Merah juga? (menatap buku Puspa)

Puspa: Kamu tahu?

Baswara.     : Tentu, aku suka karya-karya nya Ahmad Tohari. Tapi aku tidak suka Bekisar Merah.

Puspa.             : Kenapa?

Baswara.         : Tidak suka. Pada akhirnya, Darsa selingkuh. Brengsek kan?

Puspa.             : Selingkuh?

Baswara.         : Ya. (membenarkan posisi duduk)

Puspa menutup buku dan menyimpannya. Baswara terheran.

Baswara.          : Loh, ada apa?

Puspa.              : Aku sudah tahu kisah akhirnya kan? Aku tidak mau menangis.

Baswara.          : Lanjutkan saja, kamu akan suka diksi nya. Tapi saranku, jangan terlalu membawa perasaan dalam membaca ini. Kamu benar, kamu akan menangis.

Kopi datang.

Baswara: Makasih a.

Baswara: oh iya, Suka ngopi juga ternyata? (membenarkan posisi duduk)

Puspa: Tidak.

Baswara : Lantas itu? (menunjuk kopi Puspa)

Puspa: Aku suka serbuk kopi moka yang dicampur dengan air hangat.

Baswara: Yahh itu sama saja.

Puspa: (sedikit tersenyum) Beda. Kopi mu dan kopi ku saja berbeda.

Baswara: Apa bedanya? Ini sama-sama kopi moka kan?

Puspa: Tetap berbeda.

Baswara: Jadi, apa bedanya kopimu dan kopiku?

Puspa: Kenapa kamu tanya aku? Bukannya kalian, kamu dan kopimu sudah dekat, sudah saling kenal, dan saling merasakan? Kenapa mesti bertanya kepada orang lain?

Baswara: Aku tidak bertanya kepada orang lain. Aku bertanya kepada wanita di depanku, Puspa Adiwarna. (menatap Puspa)

Puspa melirik Baswara.

Puspa: Tahu nama panjangku?

Baswara: Aku tahu, dan aku suka. namamu Adiwarna, tetapi sayangnya kamu hanya hidup diantara hitam dan putih saja.

Puspa.           : Siapa bilang?

Baswara.       : Aku. Baswara.

Baswara: (menyeruput kopi) Ahh.. kopi memang manis dan banyak orang suka padanya. Tapi dibalik manisnya, tersimpan sebuah kepahitan, kepedihan, kesedihan, keegoisan serta kesombongan. Tetapi dengan kopi, orang mulai  memulai diskusi, merekatkan persaudaraan, menghangatkan suasana, menyatukan. Bukan begitu?

Puspa: (menatap Baswara, mengangguk) Yaa... eu (agak kikuk)  sepertinya aku harus pulang sekarang. (berdiri)

Baswara: Puspa..

Puspa: (menoleh) Ya?

Baswara : Sudah mau berteman denganku? (mengulurkan tangan)

Puspa : (terhenti, menatap Bas dan tangannya.) Mungkin besok. (tersenyum melanjutkan langkah)

Baswara: Janji ya? Besok pulang bersamaku ya? (agak berteriak)

Puspa: (menoleh) Akan kupikirkan.

Baswara mengepalkan tangannya. YESS

ACT 2

EXT. DEPAN SEKOLAH -- DAY

Bel pulang sekolah berbunyi.
Puspa dan teman-temannya berjalan pulang.

Puspa: Naya, kemarin Baswara bertanya apa saja soalku?

Naya: Tidak banyak, dia hanya ingin mengenalmu. Aku suruh saja dia melakukannya sendiri.

Puspa: Ohh..

Naya: Tapi aneh loh.. Aku sudah kenal dia sejak kecil, tapi baru kali ini dia bertanya saol perempuan. Sepertinya dia suka kamu.

Puspa : Tidak mungkin.

Kring kring.. Baswara membunyikan lonceng sepedanya depan Pusp dan teman-temannya.

Baswara: Nona Puspa mari aku antar pulang.

Teman-teman: ekhmmm ekhmm....

Puspa: Baswara, kamu?? (menoleh kanan kiri)

Baswara: Ya..? Kemarin kamu sudah setuju untuk pulang bersamaku.

Puspa: Aku tidak mengatakan itu. Aku berkata bahwa aku akan memikirkannya.

Baswara: Itu sama saja. Sudahlah cepat naik.

Naya: Sudah Puspa, ikut saja. Kapan lagi Baswara seperti ini. (nada meledek)

Puspa menghela nafas, dan ikut dengan Baswara.

CUT TO
EXT. JALAN RAYA -- HUJAN - DAY

Baswara dan Puspa pulang bersaa menaiki sepeda.
Tak lama hujan datang.

Puspa: Bas hujan.. sebaiknya kita meneduh.

Baswara: Bukankah ini romantis, Puspa?

Puspa: Aku tidak suka hujan, aku ingin meneduh Bas.

Baswara melirik Puspa dan menepi.

EXT. TEMPAT BERTEDUH -- HUJAN -- DAY

Baswara menadahkan lengannya diantara tetesan hujan, sementara puspa duduk dibelakangnya.

Baswara: Mengapa kau tidak suka hujan? (menatap Puspa)

Puspa: Tidak apa-apa (menghampiri Baswara). Tetapi lihatlah, di setiap tetesan hujan selalu terdapat duka. Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitamnya. Aku tidak suka.

Baswara: Sampai kapan? Sampai kapan kau tidak menyukainya?

Puspa: Sampai nanti, ketika hujan tak lagi meneteskan duka. Meretas luka. Dan sampai hujan memulihkan segslanya.

Baswara: Hmm.. aku hargai pendapatmu. Tetapi menurutku, hujan adalah sesuatu yang ajaib. Tangisan seseorang saja tidak akan terlihat di balik hujan. Tanpa hujan, tanah yang rekah tidak akan menjadi padat kembali.

EXT. DEPAN RUMAH PUSPA -- SORE

Puspa: Terimakasih, Bas.

Baswara: Sama-sama. Eum.. Jadi, apa kita bisa berteman? (mengulurkan tangan)

Puspa lagi-lagi menatap Baswara dan tangannya. Puspa berpaling, namun kemudian kembali ke hadapan Bas dan menjabat tangannya dengan senyuman lebar.

Baswara: Eh eh eh..

Puspa terlihat kikuk

Puspa: kenapa? Ada yang salah?

Baswara: Lihatlah, senyumanmu manis sekali. Tolong tetap tersenyum seperti ini ya.

ACT 3  

EXT. SEKOLAH -- DAY

Baswara menghampiri Puspa

Baswara: Puspa...

Semakin hari Baswa dan Puspa semakin dekat. Puspa semakin sering tersenyum.
(potongan-potongan scene kebersamaan Puspa dan Baswara hingga kelulusan)

EXT. JALAN -- SORE
Sepulang acara kelulusan.
Baswara dan Puspa menuntun sepeda bersama.

Puspa: Bas, aku ingin cerita. Aku mendapatkan beasiswa di luar negeri Bas.

Langkah Baswara terhenti.

Puspa : Ada apa, Bas? Kau tidak senang?

Baswra: Tidak bukan seperti itu. itu adalah hal yang sangat mengagumkan. Tetapi..

Puspa: Ya..?

Baswara: Tetapi itu artinya, kau akan pergi.

Puspa: Aku masih memikirkannya Bas. Aku ingin tetap disini, bersamamu.

Baswara: Ya pikirkanlah lebih matang Puspa, jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Lenggang.
Baswara: Ayok berlomba. (sambil menaiki sepeda)

Puspa: Apa?

Baswara: Yang kalah harus mentraktir mie ayam yaa... (meninggakan Puspa dengan sepedanya)

Puspa: Baswaraaa... sialan, tunggu akuuu....

INT. RUMAH PUSPA -- NIGHT
Puspa dan bundanya mengobrol di ruang tamu. Puspa berada di pangkuan Bunda.

Puspa: Bunda.. sepertinya Puspa sedang menyukai seseorang.

Bunda: Baswara?

Puspa: ihh curang (bangun dari pangkuan). Kok Bunda bisa tau sii..

Bunda: Kamu itu putri bunda satu-satunya, bunda yang kandung kamu, lahirin kamu. Masa soal ginian aja bunda ga tau.

Puspa tersenyum.

Puspa: eum tapi bunda (menunduk), Puspa gatau Bas suka Puspa atau tidak .

Bunda: Puspa sudah nyatakan kepada Bas?

Puspa: belum (menggeleng), Puspa takut.

Bunda: Puspa, tidak apa-apa untuk menyatakan perasaanmu. Terlepas dari Bas suka balik atau tidak, jangan terlalu ditakuti. Setidaknya, kamu udah merasakan perasaan ini (memegang dada bagian hati puspa) jatuh cinta.

CUT TO

Puspa menulis surat untuk Baswara soal perasaannya.

CUT TO
ACT 4

Puspa bersiap-siap untuk bertemu Baswara.
Sayangnya, setelah sampai, Puspa melihat Baswara sedang bersama wanita lain. Terlihat Bas berlutut dan memakaikannya sebuah cincin. Hancur sudah luruh rasa Puspa. Ia berbalik dan menangis. Cinta pertamanya sudah hilang.
CUT TO

INT. RUMAH PUSPA -- DAY
Puspa pulang dan langsung mengepack pakaiannya.

Bunda: Ada apa Puspa?

Puspa: Puspa akan mengambl besiswa Puspa bunda. (menangis tersendak sambil membenah pakaian ke koper)

Bunda: Tetapi Puspa bilang kemarin..

Bunda memperhatikan Puspa.

Bunda: Hey hey hey (memegang wajah Puspa). Ada apa anak Bunda?

Puspa: (memeluk Bunda) Bundaa... (menangis) Cinta pertama Puspa tetap tak terucap Bunda, cinta pertama puspa tetap tak terucap.

Bunda memeluk Puspa erat

Puspa: (melepas pelukan) Puspa akan berangkat malam ini Bunda, pasport Puspa dan lain-lain sudah ada kan bunda?

Bunda: (mengangguk) sudah, Puspa yakin?

Puspa: (Mengangguk dan mengelap air mata) ya bunda, lagipula ini sudah menjadi impian Puspa sejak kecil kan.

Bunda: Baiklah jika ini sudah menjadi keputusan puspa. (memeluk)

CUT TO
EXT -- LUAR - DAY
Ratih: Yeayyy.... (tepuk tangan)

Baswara: Apakah menurutmu dia akan menerimaku, ratih?

Ratih: Tentu saja, Bas. Dari cerita yang kamu sampaikan padaku, sepertinya dia wanita yang tidak sembarangan membiaran lelaki masuk di kehidupannya. Dan kamu adalah lelaki yang dia ijinkan Bas.

Baswara: Aku harap begitu, besok aku akan menemunya untuk menyatakan semua perasaanku.

ACT 5

EXT. DEPAN RUMAH PUSPA -- DAY
Baswara mengetuk Pintu rumah Puspa sambil membawa mawar merah dengan memakai jas dan sangat rapih.

Baswara: Assalamualaikum

Bunda: Waalaikumsalam, sebentar.

Bunda membuka pintu rumah.

Bunda: Baswara..

Baswara: Bunda, Puspanya ada?

Bunda: (melihat Baswara dari atas sampai bawah) Puspa semalam sudah pergi.

Baswara: Pergi? Pergi kemana Bunda? Kok tidak bilang sama Bas.

Bunda: Dia mengambil beasiswanya ke luar negeri.

Baswara terlihat sangat sedih dan kecewa.

Bunda: Oh iya, Puspa nitip surat ini untuk kamu.

CUT TO -- DIFFERENT SCENE
Baswara membaca suratnya.

Isi surat : "Untuk Baswara

Hujan masih tetap menyedihkan Bas. Aku bisa mendengar tetesannya dari sini, kapanpun langit merebahkan kepedihannya. Redup. Namun, ketika mataku menangkap keberadaanmu, aku ingin sedikit berbeda. Menjadi hangat, dan hanya kita yang tahu. Tetapi sepertinya guratan awan tidak setuju.
Aku harus mengejar mimpi ku, impianku.
Terimakasih sudah membuat ku mengerti, dengan penjelasan yang tabu.
Aku akan mengingatmu, Bas."

Baswara : Aku akan menunggumu, Puspa.

6 TAHUN KEMUDIAN.....
ACT 6
INT -- WARUNG KOPI LANGGANAN -- DAY
Pertemuan tanpa di sengaja. Puspa dan Baswara. Setelah ambang pintu. Warung kopi yang masih sama. Baswara berbalik setelah memesan kopi untuk dibawa pulang. Mereka bertabrakan. Mereka menatap satu sama lain tak percaya.

Baswara: Puspa..

Puspa: Bas..

Baswara: Kau kau sudah pulang (masih menatap). Sangat cantik (lirih)

Puspa: Apa?

Baswara: Ahh.. tidak. Sebaiknya kita duduk dulu, silahkan.

Mereka berdua duduk.

Baswara: kau masih tetap seperti Puspa yang dulu ya, hanya saja sekarang kau tambah cantk.

Puspa: (tersenyum) terimakasih. Kau juga.

Baswara: Bagaimana kuliahmu selama disana?

Puspa: Tidak buruk.

Baswara: Ada apa? Kamu kelihatan, berbeda.

Puspa: Tidak apa-apa. Ohiya, bagaimana hubunganmu dengan Ratih?

Baswara: Ratih? Ohh Ratih.. Dia temanku, dia menikah tahun lalu.

Puspa: Ohh jadi kalian sudah menikah? Selamat ya..

Baswara: Loh.. Bukan. Ratih menikah dengan Dika, pacarnya sejak SMA.

Puspa: Dika?

Baswara: Iya, merekakan sudah pacaran sejak kelas 1 SMA.

Puspa: Jadi.. jadi bukan kamu? (menutup mulutnya, dan shock)

Baswara: Bukanlah.. tapi ngomong-ngomong kenapa kamu bertanya begitu?

Puspa: (menangis) Jadi, kejadian waktu itu.. 6 tahun lalu..

Baswara: (keheranan) kejadian..? (tersadar) jangan-jangan.. kamu.. ya ampun Puspa..

Puspa menangis.

Bswara: Jadi alasan kamu tiba-tiba terima beasiswa waktu itu karena.. (menghela nafas) Puspa hari itu, aku ingin menyatakan semuanya, tapi bunda bilang kamu sudah pergi. Aku mencintaimu Puspa.

Puspa: Kau terlambat Bas. Kau terlambat.

Baswara: Maksudnya?

Seseorang datang. Pria dengan pakaian serba rapih menghampiri mereka

Gema: Puspa..

Baswara menatapnya.

Gema: Kau bersama siapa Puspa?

Puspa: Temanku.

Gema: Ahh.. kau pasti mau memberitahunya, ya?

Baswara melihat Puspa.
Gema menulurkan tangan pada Baswara.

Baswara: baswara.

Gema: Gema. Calon suaminya Puspa.

Baswara: Calon suami?

Gema: Iya..

Baswara: Oh.. calon suamii ahhahaa (tertawa). Calon suamii..

Puspa: Bas..

Baswara: (menjabat Puspa dan gema) selamat ya puspa. Selamat ya, eu siapa tadi? Gema.. kapan kalian menikah?

Gema: minggu depan. Datang ya bung.

Baswara: Ohhh.. minggu depan. Ya ya.. Pasti (perubahan ekspresi)

Gema: Euu yaudah bung, kita pamit ya.

Baswara: Iya iya silahkan.

Gema: Yuk sayang. (menggenggam Puspa dan membawanya)

Puspa dan Gema meninggalkan Baswara di kopishop itu. Baswara memerah, tak kuasa melihat semuanya. Ia menjatuhkan cincin yang sama sepert 6 tahun lalu dari saku celannya dan pergi.

    TAMAT

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun