Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dari Gapura, Menyimak Optimisme Desa pada Reshuffle Kabinet

18 September 2025   10:01 Diperbarui: 18 September 2025   12:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, balai desa Gapura belum sepenuhnya ramai. Beberapa kursi plastik berjejer rapi, menunggu diduduki peserta rembuk stunting yang sebentar lagi dimulai. Sambil menunggu acara resmi, saya duduk bersama beberapa kepala dusun. Obrolan ringan perlahan mengalir, namun segera melebar ke isu besar: reshuffle kabinet Presiden Prabowo.

Bagi sebagian orang kota, reshuffle mungkin terdengar sebagai sekadar strategi politik, manuver partai, atau hitung-hitungan kekuasaan. Namun, bagi kepala dusun di Gapura, pembicaraan itu justru melahirkan harapan. Ada semangat baru yang mereka kaitkan langsung dengan keseharian desa—dari jalan usaha tani hingga irigasi sawah.

Salah seorang kepala dusun bercerita dengan nada penuh keyakinan. Ia mengaku tidak tahu nama Menteri Keuangan yang baru, tetapi ia percaya semangat baru itu akan membawa perubahan. Sama halnya ketika ia pertama kali diangkat menjadi kepala dusun: semangat itu yang membuatnya mampu melayani warganya.

Harapan terbesarnya sederhana: Dana Desa ditambah. Tahun ini, desanya menerima sekitar 900 juta rupiah, setelah ia memastikan jumlah itu kepada Sekretaris Desa. Jalan utama menuju desa memang sudah mulus karena berada di kawasan KEK Mandalika, tetapi jalan dalam desa masih campuran aspal dan tanah, kondisinya jauh dari ideal.

Ketika acara rembuk selesai, saya mencoba pulang lewat jalan lain. Benar saja, kondisi jalan dalam desa masih banyak lubang dan bercampur tanah. Di titik inilah, optimisme warga desa tentang reshuffle kabinet menemukan bentuknya: bukan pada perdebatan politik di Jakarta, melainkan pada kebutuhan dasar yang mereka rasakan setiap hari.

Reshuffle dan Semangat Baru dari Desa

Reshuffle kabinet selalu menyedot perhatian publik. Mantan Presiden Jokowi menegaskan bahwa ia tidak ikut campur berlebihan dalam urusan reshuffle (rri.co.id 12/09/2025), sebuah penegasan yang berbeda dengan kesan publik belakangan: Jokowi justru dianggap sering “cawe-cawe” di kabinet Presiden Prabowo.

Namun, di desa, persoalan itu dipandang lebih sederhana. Bagi kepala dusun yang saya temui, reshuffle berarti ada semangat baru di lingkaran pengambil keputusan negara. Harapan muncul bahwa semangat baru itu juga akan menetes ke desa-desa melalui kebijakan dan alokasi anggaran.

Dalam konteks Dana Desa, misalnya, kepala dusun mengaitkan pergantian Menteri Keuangan dengan peluang bertambahnya dana pembangunan. Ia percaya, semakin besar anggaran yang turun, semakin cepat infrastruktur desa dapat dibenahi. Irigasi sawah, jalan usaha tani, hingga fasilitas kesehatan desa menjadi kebutuhan mendesak yang selama ini belum sepenuhnya terjawab.

Optimisme ini memang terdengar sederhana, bahkan mungkin naif bagi sebagian pengamat. Namun, justru dalam kesederhanaan itu terlihat bagaimana politik nasional memberi resonansi di tingkat lokal. Reshuffle kabinet tidak hadir sebagai isu elite semata, melainkan sebagai percikan harapan bagi desa yang setiap hari berhadapan dengan persoalan riil.

Inilah yang membedakan perspektif desa dengan kota. Bila di kota reshuffle lebih sering diulas sebagai strategi kekuasaan, di desa ia dipandang sebagai peluang mempercepat pembangunan. Sebuah cermin bahwa desa membaca politik dengan kaca mata kehidupan sehari-hari.

Antrean Panjang Haji dan Harapan Kementerian Baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun