Pertemuan sederhana di Sekretariat TPP NTB, Kamis 11 September 2025, ternyata menyisakan banyak refleksi mendalam bagi para pendamping desa. Kaban BPSDM Kemendes PDT, Dr. Agustomi Masik, hadir bersilaturahim dengan TAPM Provinsi, TAPM Kabupaten se-Pulau Lombok, hingga PD dan PLD Lombok Barat.
Hari itu, suasana pertemuan menjadi hangat ketika Bapak Kaban dan Pak Fachri bersilaturahim ke Tenaga Pendamping Profesional (TPP) NTB. Kunjungan ini dilakukan setelah keduanya menghadiri kegiatan Launching Desa Migran Emas serta penandatanganan PKS antara Dirjen KP2MI dengan Kepala BPSDM PMDDT di Lombok, NTB.
Dr. M. Fachri, S.STP., M.Si., bagi yang belum tahu, ia Direktur Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kemendes PDTT tahun 2018-2020. Kini, ia menjabat sebagai Direktur Buruh Migran Indonesia di Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI), membawa perspektif penting dalam pertemuan reflektif ini.
Silaturahim itu tidak sekadar pertemuan informal, tetapi ruang berbagi pengalaman dan pandangan. Banyak catatan reflektif muncul, baik tentang masa depan TPP maupun tentang pentingnya menjaga konsistensi profesionalisme dalam mendampingi desa. Arahan yang disampaikan menyentuh pertanyaan mendasar: bagaimana nasib pendamping hari ini, dan ke mana arah pendampingan desa di masa depan?
Local Leader sebagai Ukuran Keberhasilan
Menurut Kaban, seorang TPP dianggap local leader bila memenuhi kombinasi atribut penting. Pertama, diakui warga desa sebagai sumber informasi atau solusi. Kedua, sering dimintai pendapat maupun tindakan praktis oleh masyarakat. Ketiga, mampu memotivasi inisiatif lokal, mulai dari kelompok warga, usaha desa, hingga kelembagaan. Keempat, memiliki rekam jejak dalam memfasilitasi capaian program desa.
Atribut tersebut menuntut lebih dari sekadar keterampilan administratif. Menjadi local leader berarti hadir dalam denyut kehidupan warga, mampu membaca kebutuhan yang tak selalu tertulis, dan mendengar aspirasi yang tak selalu terucap. Di titik inilah pendamping desa dituntut menjadi figur yang dipercaya sekaligus diteladani.
Sebagai garda depan, PD dan PLD memikul tanggung jawab terberat. Mereka berinteraksi langsung dengan warga, menengahi dinamika lokal, dan mengawal program pembangunan. Keberhasilan mereka menjadi local leader akan sangat menentukan keberhasilan program pendampingan desa secara keseluruhan.
Namun, refleksi yang diangkat Kaban juga menegaskan bahwa proses menuju local leader bukanlah jalan instan. Perlu penguatan kapasitas berkelanjutan, ruang belajar, dan dukungan kelembagaan yang konsisten. Di sinilah peran BPSDM menjadi kunci: membangun sistem yang mampu melahirkan tokoh-tokoh lokal dari kalangan TPP.