Mohon tunggu...
Humaniora

Kasus Mirna dan Investigasinya - The Trial (Continued - Part 3) - Observation and Theory Progressing

8 September 2016   13:29 Diperbarui: 8 September 2016   13:42 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut pemahaman penulis, "keracunan" itu tidak semata-mata karena masuknya bahan beracun kedalam tubuh ataupun sekedar kontak dengan tubuh. Seperti yang kita ketahui, ada banyak bahan racun disekitar kita, baik yang sekedar kontak saja, maupun sampai yang masuk kedalam tubuh.

Secara alami pun, ada makanan-makanan yang mengandung sianida (bahan beracun) alami dalam diet kita; baik itu apel, singkong, dll; ada juga dalam kebiasaan kita seperti Rokok, paparan asap pembakaran.

Lalu kenapa kita baik-baik saja? ya itu, karena menurut keterangan Saksi Ahli Dr Djaja, tubuh manusia memiliki kemampuan alami untuk detoksifikasi, untuk menetralisir bahan beracun tersebut; tapi ya ada ambang batasnya.

Oleh karena itu, definisi "keracunan" tidak bisa sedangkal kontak bahan beracun dengan tubuh, ataupun masuknya bahan beracun tersebut kedalam tubuh; makanya definisi keracunan menurut hemat penulis adalah kontak atau masuknya bahan beracun kedalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar sehingga tidak bisa dinetralisir secara cepat dan berdampak atas organ atau sistem tubuh yang menggagalkan fungsi organ atau sistem tubuh tersebut.

Atau mungkin yang resminya bisa dilihat disini.

Ini sejalan dengan argumen terakhir Saksi Ahli Dr Djaja dalam kasusu ini kepada Hakim Binsar bahwa seseorang tidak akan langsung mati saat racun masuk kedalam tubuh. seseorang akan mati kalau racun tersebut masuk kedalam tubuh, diserap kedalam sistem peredaran darah, sampai ke Organ-organ tubuh, dan menggagalkan kerja organ-organ tersebut. Oleh karena itu, Saksi Ahli mempertahankan logika dan fakta bahwa kalau benar seseorang meninggal karena meminum Sianida, harus ditemukan Sianida dalam jumlah banyak (lethal dose) didalam lambung, ditemukan Sianida dan Thiocyanate didalam Hati (Liver / Hepar) sebagai bukti bahwa Sianida tersebut sudah masuk dan dicoba dilawan oleh tubuh (tapi gagal karena jumlahnya banyak), ditemukannya Thiocyanate didalam darah dan Urine.

Penulis tidak mau berpikiran sempit bahwa logika "karena korban sudah keburu meninggal lah, makanya tidak ditemukan sianida dan Thiocyanate didalam hati, dan Urine" adalah kesalahan berpikir ... karena ini menunjukkan dimensi baru, dimana kalau mau dibantah bahwa Sianida 0.2mg/liter didalam lambung itu hasil proses alami tubuh (berarti 0.2mg/liter itu "sisa" sianida yg masuk kedalam tubuh) ... ini berarti sianida tersebut masuk saat proses-proses di Hepar/Hati sudah mati. Dengan kata lain, ada yang memasukkan sianida kedalam tubuh setelah korban meninggal.

Jadi dari sini, secara logika, dengan menjunjung tinggi hasi Puslabfor atas pemeriksaan toksikologi dimana tidak ada Sianida di BB IV (cairan lambung yang diambil di hari H jam 19:40WIB), tidak ada Sianida dan Thiocyanate didalam hati, tidak ada Sianida dan Thiocyanate didalam Urine, inferensinya berarti:

- Kalau kita terima 0.2mg/liter sianida dilambung itu adalah hasil alami jasad dalam proses pembusukan (ingat, pengawetan dengan formalin tidaklah menghentikan total proses pembusukan; itu hanya menghambat) maka Korban tidak pernah meminum Sianida.

ATAU

- Kalau kita bantah 0.2mg/liter sianida dilambung itu adalah hasil alami jasad dalam proses pembusukan, maka itu artinya, ada seseorang atau sesuatu yang memasukkan Sianida kedalam lambung setelah proses pencernaan lambung, proses dalam Liver/Hepar/Hati juga terhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun