Mohon tunggu...
Humaniora

Kasus Mirna dan Investigasinya - The Trial (Continued - Part 3) - Observation and Theory Progressing

8 September 2016   13:29 Diperbarui: 8 September 2016   13:42 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

- Kulit berubah merah terang karena tingginya saturasi oksigen pada pembuluh vena (karena pernafasan pada tingkat sel / cellular level sudah dihentikan oleh Sianida) - ini berbeda dengan kondisi jenasah korban dimana menurut BAP oleh dokter Ahli Forensik yang melakukan otopsi, Jenazah Korban tampak pucat dengan kebiruan pada bibir dan jari2. Ini ditegaskan oleh Saksi Ahli bahwa ini adalah tanda-tanda Cyanosis pada Korban yang Tidak bisa bernafas.

- Bagian dalam lambung menjadi bengkak dan berwarna merah-terang (juga dampak dari terhentinya pernafasan pada tingkat sel yang sudah dihentikan oleh Sianida), dan dampak korosinya, kalau disentuh, adalah lembut seperti berlendir - ini berbeda dengan kondisi jenasah korban dimana menurut BAP oleh dokter Ahli Forensik yang melakukan otopsi, bagian dalam lambung korban yang dianggap mengalami kontak dengan Sianida justru tampak kehitaman.

- Tercium aroma Bitter Almond yang sebenarnya tidak semua orang bisa cium, tapi kalaupun seandainya tidak tercium oleh dokter yang menangani di UGD RS Abdi Waluyo maupun dokter yang melakukan Otopsi, dokter-dokter tersebut harusnya menunjukkan reaksi dan tanda-tanda seseorang yang terpapar gas sianida dari dalam tubuh korban - ini berbeda dengan fakta bahwa dokter UGD RS Abdi Waluyo tidak melaporkan adanya aroma Bitter Almond maupun menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka yang paling-dekat dengan Korban, terpapar gas Sianida dari dalam tubuh Korban. 

Ditambah, Dr Djaja ini yang melakukan embalming dan beliau juga melakukan observasi atas inisiatif dirinya sendiri karena melihat "kejanggalan prosedur":

Kematian Korban adalah TIDAK WAJAR, Kenapa Dokter UGD RS Abdi Waluyo sudah mengeluarkan Surat Kematian?

Dr Djaja beberapa kali (saat sebelum Embalming) mengedukasi dan mengingatkan kepada pihak kepolisian bahwa ini kematian tidak wajar dan seharusnya ditangani oleh kepolisian untuk diotopsi menyeluruh sebelum dilakukan embalming.

Beliau juga mengingatkan bahwa kalau setelah proses embalming dilakukan dan ternyata ingin ditindaklanjuti oleh kepolisian, maka otopsi setelah embalming tidak akan se-akurat sebelum embalming.

Oleh karena itu, meski keputusan akhirnya tetap menjalankan proses Embalming, Dr Djaja melakukan observasi sendiri sebelum melakukan proses embalming tersebut:

- Jenasah dilihat tampilan luarnya secara menyeluruh; tidak ada bercak warna merah terang.

- Dada/Ulu-Hati jenazah ditekan dan dari mulutnya dicoba dideteksi aroma bitter almond (Dr Djaja bisa mendeteksi); tidak ditemukan aroma bitter almond tersebut.

Visum Et Repertum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun