Mohon tunggu...
Iman Suwongso
Iman Suwongso Mohon Tunggu... Penulis/Wartawan -

Ketika angin berhembus kutangkap jadi kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Nyadran Orang Tengger

27 April 2016   22:24 Diperbarui: 27 April 2016   23:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Orang-orang Suku Tengger

Dari atas bukit ini berarak mega dan guguran daun pinus
mengantarmu kepada ibumu Bumi
setelah bercengkerama dalam waktu yang hangat
sambil mengudap sesaji dan nasi aron **)
bahagiakah kau disana?

Teka-teki yang selalu datang setiap kali
mengikat kita sepanjang musim
untuk merindu padamu selalu
dengan kisah-kisah yang tak pernah usai

Kau ajari kami tanpa kata-kata tentang
satunya aku dan kamu
dalam perjamuan makan dengan kesaksian
mata dan hatimu yang menjelma kabut
dan sorak sorai menggema melampaui badai pasir
            : “kita saudara!”

Sekarang waktunya di pintu gerbang ini
yang akan memisahkan kita
berpeluk erat sembari tak sanggup
memandang wajah masing-masing
isi rantang telah tumpah dalam gelaran tikar
tinggal sisa sunyi memagut
dan kabut dan daun pinus dan puncak menjulang itu;
Mahameru
diam menahan

Pergilah
suatu saat
tak ada waktu menyekat
perjumpaan kita

Kapan?

 

2014/2016
Djoglo Pandanlandung Malang
iman.suwongso@yahoo.co.id

  

Catatan:
*) Nyadran dalam tradisis Suku Tengger merupakan puncak acara upacara Karo, mengantar arwah leluhur mereka
**) Nasi khas Tengger dengan bahan jagung putih (salah satu tanaman pertanian mereka)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun