Mobil asing bakal masuk ke negeri ini dengan mudah, karena adanya insentif bea masuk nol persen untuk mobil listrik. Walhasil, penggunaan mobil listrik secara masif hanya akan menguntungkan korporasi asing, sedangkan Indonesia tetap menjadi pasar bagi produk mereka.
Butuh Visi Kemandirian Energi
Cita-cita mewujudkan energi yang bersih dan efisien merupakan hal yang baik. Namun, untuk mewujudkannya tidak bisa dengan kebijakan tambal sulam dengan memindahkan beban dari hilir ke hulu; Â mengurangi impor BBM, namun malah menaikkan impor mobil listrik.
Oleh karena itu, negara besar ini butuh visi besar pula yang  berlandas pada ideologi sahih untuk mewujudkan kemandirian energi sehingga tidak tergantung kepada impor.Â
Islam sebagai sistem yang paripurna mampu menjawab itu semua. Membutuhkan penerapan sistemnya, khususnya di bidang  ekonomi Islam. Sistem sahih ini menjadikan tambang strategis menjadi milik rakyat yang wajib dikelola negara bukan swasta demi kemakmuran rakyat, dan bukan diserahkan kepada pihak swasta apalagi Asing.
Selain itu, butuh peta jalan yang jelas lagi aman dan benar untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi. Peta jalan ini dibuat berdasarkan syariat, bukan peta jalan yang didekte oleh kepentingan korporasi. Sungguh tepat ketika negara Islam (Khilafah) mampu mewujudkan visi rahmatan lil alamin.Â
Dengan visi ini, negara akan menggelorakan jihad hingga menggentarkan musuh. Agar jihad bisa terlaksana, negara mutlak harus menguasai energi sehingga tidak ada satu pihak pun yang bisa menyetir kedaulatannya.