Ilustrasi. Foto: shutterstock dipublikasikan kompas.com
Kabar bohong berulang-ulang muncul di media sosial. Bukan hanya kabar bohong, tapi narasi kebencian juga berhamburan di media sosial.
Salah satu narasi kebencian muncul terkait ijazah Presiden Jokowi. Ada yang menuduh ijazah Jokowi di Universitas Gadjah Mada (UGM) palsu. Lalu kemudian ada klarifikasi dari beberapa pihak.
Klarifikasi dari UGM bahwa Jokowi memang lulusan UGM. Klarifikasi dari teman Jokowi dengan beberapa bukti bahwa Jokowi memang lulusan UGM.
Tapi, tetap saja banyak yang tak bisa menerima klarifikasi tersebut. Terus saja menyerang ijazah Jokowi di UGM.Â
Ada juga yang mempertanyakan SMA Jokowi. Ada yang menjelaskan bahwa SMA 6 belum ada di Surakarta pada tahun 80. Seperti diketahui, Jokowi adalah alumnus SMA 6 Surakarta. Kemudian ada klarifikasi bahwa di tahun 80, SMA 6 sudah ada tapi masih bernama SMPP.
Sudah diklarifikasi seperti itu, serangan terus dilakukan. Sebagian pemain di media sosial sepertinya memang membangun narasi kebencian sebegitu rupa. Klarifikasi dari berbagai pihak terkait ijazah dan SMA Jokowi tak pernah digubris.
Ijazah dan SMA Jokowi hanya segelintir kabar dengan narasi kebencian luar biasa. Ada beberapa narasi kebencian lain berseliweran di media sosial.
Apa yang mau diwariskan dari kebencian itu? Apa yang mau diwariskan pada anak cucumu dari narasi kebencian itu?
Kelak pada waktunya, media sosial mungkin akan ditinggalkan masyarakat. Sebab terlalu banyak narasi kebencian dan diskusi yang tak menyehatkan.