Mohon tunggu...
Ilham Akbar Junaidi Putra
Ilham Akbar Junaidi Putra Mohon Tunggu... Apoteker - Pharmacist

✍️ Penulis Lepas di Kompasiana 📚 Mengulas topik terkini dan menarik 💡 Menginspirasi dengan sudut pandang baru dan analisis mendalam 🌍 Mengangkat isu-isu lokal dengan perspektif global 🎯 Berkomitmen untuk memberikan konten yang bermanfaat dan reflektif 📩 Terbuka untuk diskusi dan kolaborasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hustle Culture Is Overrated: Mengapa Kesibukan Tidak Sama dengan Kesuksesan

27 November 2024   17:36 Diperbarui: 27 November 2024   17:38 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Apakah Kamu Terjebak dalam "Perangkap Kesibukan"?

Bayangkan ini: Kamu bangun pagi, membuka ponsel, dan langsung disambut dengan kutipan motivasi seperti, "Sukses tidak akan menunggumu, jadi kerjalah lebih keras!" atau "Jika kamu tidak sibuk, berarti kamu tidak cukup ambisius." Kedengarannya menginspirasi, bukan? Namun, apakah kesibukan benar-benar mencerminkan kesuksesan?

Hustle culture, yang sering diagungkan sebagai jalan menuju keberhasilan, sebenarnya bisa menjadi perangkap berbahaya. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana "kesibukan tanpa tujuan" justru merusak produktivitas, kesehatan mental, dan hubungan pribadi, serta memberikan wawasan tentang cara mencapai kesuksesan yang sejati tanpa mengorbankan hidupmu.

Apa Itu Hustle Culture dan Mengapa Kita Terjebak?

OpenAI's DALL-E
OpenAI's DALL-E

Definisi Hustle Culture

Hustle culture adalah mindset yang mengagungkan kerja keras tanpa henti sebagai ukuran utama kesuksesan. Dalam dunia ini, "sibuk" bukan hanya normal, tetapi menjadi status sosial. Ungkapan seperti "sleep is for the weak" dan "work now, rest later" menjadi moto yang menggema.

Mengapa Hustle Culture Begitu Menarik?

  1. Tekanan Sosial Media: Instagram dan LinkedIn dipenuhi oleh postingan tentang orang-orang yang bangun pukul 4 pagi, menyelesaikan lima proyek sebelum makan siang, dan meraih penghargaan atas kerja keras mereka. Hal ini menciptakan tekanan untuk terus "terlihat produktif."
  2. Budaya Kompetisi: Dalam masyarakat yang kompetitif, kita diajarkan bahwa lebih banyak kerja keras berarti lebih banyak hasil.
  3. Ketakutan Akan Ketinggalan (FOMO): Kita takut jika tidak bekerja cukup keras, kita akan kehilangan peluang emas.

Masalah Utama Hustle Culture

Namun, realitanya adalah, banyak orang yang merasa kelelahan secara emosional, mental, dan fisik karena terus-menerus sibuk. Mereka kehilangan kebahagiaan saat mengejar kesuksesan yang sering kali terdefinisi oleh standar eksternal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun