Mohon tunggu...
Welly Eru
Welly Eru Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Nama Pena: Ikko Williams (Penulis novel Amin yang Sama dan Sujudku Karena Cinta)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tetapi

22 September 2018   18:23 Diperbarui: 2 Oktober 2018   12:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dari Pixabay.com

Mbok Sarmi mendorong pelan kursi roda yang diduduki ndoronya itu, menuju berdirinya pohon pinus tua dan kuntet di tengah-tengah bukit.

Detik demi detik berlalu, fikiran Winarti dikerubungi kenangan masalalunya bersama sang lelaki penyayang. Air mata, senyuman,  gemetar rindu dan bibir mengelu. Semua mewarnai ingatan Winarti di tempat itu; perbukitan Sleker, Magelang. Hingga 15 menit menuntunnya mengingat semua kenangan.

Dan karena cinta, juga rindu yang mendalam, kini kesadarannya memudar.

Wajah mbok Sarmi berubah pucat. Dengan rona ketakutan dan kecemasan yang terlukis di wajahnya, perempuan tua bertapih jarit itu lari meninggalkan Winarti. Sekuat tenaga mbok Sarmi berlari menuruni perbukitan sleker, menuju sebuah mobil sedan hitam yang sejak tadi terparkir di ujung hamparan kebun lembayung.

  "Tuan. Tuan tolong Tuan...."

  "Ada apa Mbok?" Seorang pria di dalam mobil yang berkumis tebal dan wajah penuh dengan keacuhan menanyai mbok Sarmi.  Namun tatapan mata pria berdasi dan berjas hitam itu seakan tak mau lepas dari buku yang dibacanya.

  "Nona Winarti, Tuan. Badannya melemas, panas, ia menangis, dan tak mau bicara meski sepatah kata," Ucap mbok Sarmi gugup.

  "Wanita manja!" Gerutu sang pria di dalam mobil; dengan masih membaca buku. "Bawa kemari istri saya, Mbok. Atau biarkan saja ia mati terlebih dahulu."

  Jiwa Mbok Sarmi bagai disambar petir oleh ucapan tuannya.

  Winarti pingsan, namun ingatannya masih kuat dalam sisa kesadarannya, bahkan saat tubuhnya digotong beberapa orang menuju ke mobil. Ia ingat kenangan dari bungkus getuk dalam genggaman tangannya, kertas usang yang semenit lalu dipungutnya; terselip diantara rerumputan di bawah pohon pinus kuntet tadi.

  Ia dan Anggoro yang pernah memakan getuk di tempat itu. Sekardus kecil getuk yang ia makan bersama sang lelaki penyayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun