Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ikhtiar Sunyi Menuju Passive Income

30 Juni 2025   10:55 Diperbarui: 30 Juni 2025   10:55 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau boleh jujur, passive income bukan lagi sekadar impian bagi saya. Ia sudah berubah menjadi semacam kebutuhan.

Terutama ketika usia makin bertambah, stamina tak lagi sekencang dulu, dan waktu terasa makin berharga untuk ditukar hanya dengan gaji tetap saban bulan.

Kita ingin pendapatan tetap mengalir, tanpa harus terlibat terlalu banyak setiap hari. Itu kenapa, beberapa tahun lalu saya memulai langkah kecil: berinvestasi di reksa dana.

Reksadana bagi saya adalah pintu masuk paling ramah untuk mengenal dunia passive income. Modalnya bisa sangat kecil, risikonya relatif terkendali, dan manajer investasinya yang bekerja mengelola dana kita.

Cukup duduk tenang, sesekali memantau kinerja, dan mengandalkan kedisiplinan menyisihkan uang setiap bulan.

Sampai hari ini, reksadana masih saya anggap sebagai "mesin tidur"---ia terus berjalan meskipun saya sedang tidak menengoknya. Tapi, seiring waktu, saya tahu satu hal: satu mesin tak cukup.

Maka saya mulai melirik dropship. Bukan sekadar ikut-ikutan tren jualan daring, tetapi sebagai strategi untuk memperbanyak jalur pemasukan tanpa perlu membuka toko fisik atau stok barang.

Dropship, dalam pengertian sederhananya, adalah menjual barang milik orang lain. Kita tinggal promosi, terima pesanan, lalu supplier yang mengirimkan barang.

Saya tidak perlu repot mengemas, mengepak, atau menyewa gudang. Yang saya butuhkan adalah internet, waktu, dan sedikit kecakapan digital.

Awalnya saya ragu. Apa mungkin bisa menghasilkan uang dari menjual barang yang bahkan tidak saya sentuh? Tapi ternyata, dunia sudah berubah jauh.

Di TikTok, orang bisa menjual barang sambil joget. Di Instagram, ibu-ibu rumah tangga bisa punya omzet jutaan hanya dengan menjual sprei dan mukena.
Sementara saya yang sudah terbiasa dengan sistematis dan spreadsheet---mengapa tidak bisa mencicipi keuntungan yang sama?

Saya mulai dari yang paling dasar: belajar riset produk. Saya melihat-lihat tren di marketplace, mempelajari produk yang cepat laku dan punya margin untung wajar.

Tak perlu bermimpi langsung jualan barang mahal. Cukup mulai dari produk-produk ringan seperti alat tulis unik, perlengkapan dapur, atau skincare lokal. Produk-produk itu tak hanya laku keras, tapi juga punya daya tarik visual yang cocok untuk promosi di media sosial.

Setelah itu, saya mempelajari copywriting. Bagaimana membuat deskripsi produk yang bukan hanya menjelaskan, tapi juga membujuk.

Saya pun mencoba membuat akun toko sederhana di Shopee dan Instagram. Tak banyak yang saya unggah di awal. Saya lebih memilih strategi pelan, konsisten, dan membangun kepercayaan pelanggan. Ulasan positif adalah segalanya di era digital ini.

Lalu, muncul pertanyaan: apakah dropship bisa disebut passive income? Di tahap awal, tentu saja tidak sepenuhnya pasif.

Saya masih perlu aktif mempromosikan, melayani pembeli, dan mengelola pesanan. Tapi saya percaya, dalam jangka panjang, dropship bisa dibangun menjadi sistem yang lebih otomatis.

Saya bisa membuat katalog digital, menyiapkan template jawaban untuk pelanggan, bahkan menggandeng virtual assistant jika omzet sudah stabil. Lambat laun, saya bisa cukup duduk memantau, sembari sistem berjalan.

Menurut saya, passive income tidak selalu berarti "uang datang tanpa kerja sama sekali." Ia lebih mirip tanaman keras: perlu ditanam, dirawat, disiram.

Tapi jika sudah tumbuh dan berbuah, ia akan memberi hasil terus-menerus tanpa perlu dicangkul setiap hari. Dropship pun begitu. Setelah sistem berjalan, pelanggan sudah percaya, dan pemasaran sudah otomatis, kita hanya perlu mengontrol dan menjaga kualitas.

Satu hal penting dari mengelola passive income adalah disiplin. Ketika uang mulai masuk dari reksa dana atau hasil dropship, ada godaan untuk segera memakainya.

Padahal, kunci dari pendapatan pasif adalah mengembangkannya kembali, bukan langsung membelanjakannya. Saya membagi hasilnya ke dalam tiga pos: konsumsi kecil, tabungan jangka pendek, dan reinvestasi.

Untuk dropship, saya sisihkan dana untuk iklan dan stok produk baru. Untuk reksadana, saya top up rutin agar nilai investasi terus bertumbuh.

Tentu, jalan ini tidak bebas dari tantangan. Di reksadana, ada risiko pasar. Nilai bisa turun drastis saat kondisi ekonomi goyah.

Di dropship, ada persaingan ketat, kesalahan pengiriman dari supplier, hingga pembeli yang tiba-tiba hilang setelah checkout.

Tapi, seperti orang bilang, semua yang berharga memang butuh perjuangan. Dan bagi saya, memiliki penghasilan pasif adalah investasi bukan hanya untuk keuangan, tapi juga untuk ketenangan pikiran.

Kini, saya belajar mengelola dua sumber passive income sekaligus: reksadana dan dropship. Satu adalah jalur keuangan yang diam, terukur, dan dikelola oleh profesional.

Satunya lagi adalah jalur yang lebih dinamis, penuh interaksi, dan bisa saya bangun dengan gaya saya sendiri. Kombinasi keduanya memberi saya ruang untuk berpikir lebih luas, mengambil jeda, dan merencanakan masa depan tanpa terlalu khawatir dengan ketergantungan pada satu penghasilan.

Saya percaya, setiap orang punya caranya sendiri untuk membangun passive income. Tidak harus besar, tidak harus langsung menghasilkan. Yang penting adalah mulai.

Sekecil apa pun langkah kita hari ini, akan lebih baik daripada terus menunggu kondisi sempurna yang mungkin tidak pernah datang. Dan ketika dua atau tiga sumber penghasilan itu mulai mengalir bersamaan, kita akan bersyukur pernah mengambil risiko kecil itu dulu.

Kalau hari ini saya boleh memberi saran kepada siapa pun yang ingin memulai passive income, maka itu adalah: pilih yang sesuai dengan gaya hidup dan kemampuanmu saat ini.

Kalau kamu nyaman dengan dunia digital, dropship bisa jadi jalan yang menjanjikan. Kalau kamu ingin yang lebih tenang, reksa dana atau obligasi bisa jadi pilihan. Yang penting bukan seberapa cepat kamu menghasilkan, tapi seberapa konsisten kamu membangun.

Karena pada akhirnya, passive income bukan hanya tentang uang yang terus mengalir. 

Tapi tentang rasa aman, rasa merdeka, dan waktu luang yang bisa kita pilih untuk hal-hal yang benar-benar penting: keluarga, kesehatan, dan hidup yang bermakna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun